BACA JUGA:Mungkinkah Seorang Anak Bertemu dengan Orang Tuanya di Surga?
Shalawat ini bertujuan meminta kepada Allah agar umat Islam diselamatkan dari kejahatan orang-orang yang dzalim. Wasilah merupakan sebuah kebiasaan dari masa ulama-ulama terdahulu, para salafus shaleh untuk doa segera terkabul.
Keadaan yang dihadapi oleh penulis Sholawat ini, Imam Jafar Ash-Shadiq, melatar belakangi penggunaan kata (الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ) karena beliau menjadi Incaran orang banyak.
Dzurriyah keturunan Rasulullah SAW memang memegang sebuah peran besar dalam sistem pemerintahan masa itu, oleh karenanya Imam Jafar Ash-Shadiq memohon pertolongan Allah melalui Sholawat Asyghil agar terlepas dari jeratan masalah politik yang pelik.
Beliau tidak ingin orang-orang yang baik atau masyarakat umum mendapat imbas pertikaian politik para elit kerajaan. Dengan menggunakan redaksi (وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِينَ), diharapkan kekacauan segera berlalu dan menyelamatkan orang-orang baik dari kekacauan.
BACA JUGA:Bisakah Istri dan Suami Berkumpul Lagi di Surga? Bagaimana yang Belum Menikah?
Ijazah Ulama Nusantara juga berkaitan dengan karakteristik kekacauan masa ini. Panasnya persaingan dalam politik menjadikan keterpecahan dalam masyarakat luas. Insya Allah dengan menggunakan wasilah perantara Shalawat Asyghil keterpecahan, kekacauan segera berlalu.
Penciptaan shalawat Asyghil oleh Imam Jafar Ash-Shadiq menemukan momentum saat kaum muslimin sedang dalam suasana genting. Imam Jafar Ash-Shadiq yang wafat 138 H, sendiri merupakan salah seorang tonggak keilmuan dan spiritualitas Islam di awal masa keemasan umat Islam.
Dalam pandangan Imam Jafar Ash-Shadiq, kekacauan politik jangan sampai mengganggu proses pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Saat itu, ilmu pengobatan, geografi, astronomi, kimia, sastra, mulai berkembang dan diminati. Sehingga di setiap Qunut, beliau berdoa menggunakan Shalawat Asyghil.
BACA JUGA:Ada Orang Belum Pernah Sujud tapi Masuk Surga, Orang Itu Hidupnya Zaman Dulu
Selain dikenal sebagai Shalawat Asyghil, shalawat ini juga ada yang menyebutnya dengan nama Sholawat Dhalimin, Sholawat Salimin, Sholawat Sibuk. Prof. K.H. Ali fie berpendapat dalam menjawab pertanyaan terkait sholawat Asyghil.
Baginya, shalawat inilah yang digelorakan oleh ulama-ulama Sufi dunia Arab khususnya di Irak ketika negeri ini diserang oleh pasukan Mongol Hulagu Khan pada masa keruntuhan Dinasti Bani Abbasiyah pertengahan abad ke-13.
Dalam catatan sejarah menunjukan serangan tentara Mongol ke Irak menggunakan pasukan sebanyak 200 Ribu Pasuka pada tahun 1258 M. khalifah Abbasiyah terakhir, Al-Mutasim dipenggal kepalanya dan runtuhlah dinasti Abbasiyah.
Istana yang dihancurkan, bangunan di Baghdad diratakan dengan tanah, seluruh warga kota dibunuh, kecuali beberapa orang saja yang selamat.
Buku-buku yang ada di perpustakaan Baghdad itu dimusnahkan dan dibuang ke Sungai Tigris atau sungai Dajlah, hingga konon air sungai berwarna hitam oleh tintanya. Secara garis besar Asia Tengah dikuasai Mongol dan tentara Islam sirna.