BENGKULU, RBTV.COM - Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua di Provinsi Bengkulu.
Sebagian besar masyarakat Serawai berdiam di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma, yakni di Kecamatan Sukaraja, Tais, Talo, Alas Maras, Pino, Kelutum, Manna dan Seginim.
BACA JUGA:Cuti Panjang Karyawan Dihapus, Kontroversi Perppu Cipta Kerja, Bandingkan dengan UU Ketenagakerjaan
Namun karena mobilitasnya yang tinggi, Suku Serawai juga menyebar di hampir semua kabupaten/kota dalam Provinsi Bengkulu, bahkan hingga ke provinsi lain termasuk ibukota negara.
Berdasarkan cerita para orang tua, sebagaimana dilansir dari wikipedia, suku bangsa Serawai berasal dari leluhur yang bernama Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Asal usul Serunting Sakti sendiri masih tidak diketahui secara pasti.
BACA JUGA:Kandaskan Filipina, Timnas Indonesia Melenggang ke Semifinal
Sebagian mengatakan Serunting Sakti berasal dari suatu daerah di Jazirah Arab, yang datang ke Bengkulu melalui Kerajaan Majapahit .
Di Majapahit, Serunting Sakti meminta satu daerah untuk didiaminya, dan oleh Raja Majapahit dia diperintahkan untuk memimpin daerah Bengkulu Selatan. Meski demikian, ada pula yang berpendapat bahwa Serunting Sakti berasal dari langit , ia turun ke bumi tanpa melalui rahim seorang ibu .
Kata Serawai sendiri masih belum jelas artinya. Sebagian mengatakan bahwa Serawai berarti "satu keluarga".
BACA JUGA:Tertinggi Sumbar, Bengkulu Berapa? Ini Daftar Lengkap UMP 2023 di 34 Provinsi
Hal ini tidak mengherankan bila dilihat dari erat dan kuatnya persaudaraan atau kekerabatan antar sesama suku Serawai. Khususnya mereka yang menumpang hidup di komunitas suku bangsa lainnya/merantau.
Yang menjadi ciri khas dari suku Serawai adalah bahasanya yang menarik. Aksara Serawai sendiri disebut sebagai Surat Ulu. Susunan bunyi huruf pada Surat Ulu sangat mirip dengan aksara Kaganga. Pada masa lalu para pemimpin-pemimpin suku Rejang dan Serawai dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan aksara ini. BACA JUGA:3 Januari, ASN Kemenag Kota Kenakan Pakaian Adat Melayu, Ini Filosofinya Bahasa Serawai sendiri tidaklah sulit untuk dipelajari. Secara umum, kosakata Serawai hanya menambahkan kata au pada akhir kata bahasa Indonesia atau bahasa melayu. Misalnya, siapa menjadi siapau atau disingkat sapau. Kemana menjadi kemanau. Gila menjadi gilau. Kita menjadi kitau. Kata menjadi katau. Gula menjadi gulau. Lima menjadi limau dan seterusnya. BACA JUGA:BLT Anak Usia 0-6 Tahun Cair? Cek Syarat Penerima, Disiapkan Rp 470 Triliun Meski demikian, tidak semua kata juga mutlak berakhiran au. Contoh meja, tidak otomatis menjadi mejau. Tetap saja meja. Begitu seterusnya. Ada kata-kata tertentu yang mendapat penekanan akhiran au, namun ada juga yang tidak. Sama seperti bahasa daerah lain, bahasa Serawai juga memiliki beberapa tingkatan. Kosakata yang dipakai anak muda, generasi 30-an dan generasi tua di atas 50 tahun, tentu akan berbeda. Bila di Serawai, ada bahasa gaulnya anak muda misalnya dengan kata-kata ngerayau yang artinya jalan-jalan, kemudian di generasi usia 30 sampai 45 tahun ada istilah peragau yang artinya ngobrol-ngobrol sambil bercanda, untuk bahasa Serawai jadul, kosakatanya jauh lebih menggelitik dan unik. BACA JUGA:Orang Ini Kehilangan Kekayaan Rp 3.100 Triliun Bahasa Serawai jadul ini biasanya masih dipakai para orang tua kita generasi 50 an ke atas dengan logatnya yang khas dan kental. “ Lemaklah basau kitau tula. Ringkas, gampang nyebutau. Keruan bai dengan jemau artiau. Nidau pulau ndak disugalka nian. Amu la nggaris udim,” begitu kata salah satu warga Serawai asal Seginim, Utima sambil tertawa lebar. Kurang lebih artinya begini; Enaklah bahasa kita itulah. Ringkas dan gampang menyebutkan. Ngga perlu dijelaskan secara detil, orang pasti akan tahu artinya. Yang penting sudah mendekati maknanya. Bagaimana? Menarik bukan? Berikut beberapa kosakata jadul Serawai yang mungkin kamu sudah tidak pernah dengar dan tahu artinya: Gerulun= kain Ketunun= kebakaran Sendauk= terharu Kunam=hilang. Bahasa lainnya lengit Rampit= lengket Serindak= caping Njulan= melotot Kebual=pipi Ngerutut= mengecil Encuncam= sarapan pagi Pekerul= ngobrol Negul= diam tak menyahut Nyerutam= manyun Ribang=naksir Entuat= lutut Tetanjal= terjengkang ke tanah Sayak= batok kelapa Sengkuit= sabit Tengkiang= lumbung menyimpan padi Bedit= perut dan seterusnya ( tim)