Nabi Musa lantas bertanya, “Mengapa engkau melubangi perahu itu yang akibatnya akan menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat satu kesalahan besar.” Di sana Nabi Khidir Kembali mengingatkan Nabi Musa akan janjinya, “Bukankah aku telah berkata, ‘Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.’" Nabi Musa Kembali teringat akan janjinya yang sempat dia lupakan.
Perjalanan mereka pun Kembali berlanjut. Namun, di Tengah perjalanan Khidir saat mengambil seorang anak kecil yang sedang membunuh anak tersebut. Melihat hal itu, nabi Musa tak mampu menahan rasa sabarnya lagi. Ia kembali mengingkari janjinya. Padahal, dirinya tahu akan janji yang telah disampaikannya, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah melakukan suatu yang mungkar.”
BACA JUGA:9 Dosa Suami Terhadap Istri yang Kerap Disepelekan, Padahal Allah SWT Murka
Nabi Khidir yang mendengar itu pun kembali meneguran nabi Musa, “Bukankah aku telah berkata, “Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu sabar bersamaku." Saat itu juga nabi Musa menyadari jika dirinya tak akan mampu lama-lama melakukan perjalanan bersama nabi Khidir. Nabi musa tak tega melihat semua kejadian yang telah dialaminya, sementara dirinya hanya diam saja.
Hal ini karena, nabi musa adalah sosok yang berjiwa pemimpin, nabi Musa mungkin sudah terbiasa melihat kejadian tersebut. namun, ia tidak terbiasa berdiam diri ketika melihat hal buruk sedang terjadi. Selain itu, syariat nabi Musa tidak membenarkan pembunuhan terhadap seorang anak, dan membiarkan pembunuhnya.
BACA JUGA:Rahasia Sukses Suami, Coba Lakukan Hal Ini Kepada Istri di Rumah, Rezeki Mengalir Deras
Nabi Musa mengakui kesalahan yang telah dilakukannya pada nabi khidir. Nabi musa kembali meminta kesempatan yang ketiga dan berjanji, jika kembali bertanya sesuatu, dirinya berhak untuk berpisah dengan nabi khidir. Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga sampai kesuatu kampung yang penduduknya kikir. Mereka berdua mencari orang-orang yang berkenan menjamu. Namun, tidak mendapatinya seorang pun. Namun, diperjalanan nabi Khidir memperbaiki sebuah dinding rumah di kampung tersebut yang hampir roboh.
Di sinilah nabi musa memutuskan untuk berpisah dengan Khidir. Ia pun menanyakan alasan mengapa nabi Khidir mau memperbaiki rumah para penduduk kampung itu tanpa imbalan sedikit pun Nabi Khidir pun menjelaskan alasan dibalik semua perbuatanya selama di perjalan, “Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja (zalim) yang merampas setiap perahu (yang terlihat masih bagus),” jelas Nabi Khidir pada Musa.
BACA JUGA:Naudzubillah, Ini Dosa Suami Istri yang Membuat Pintu Rezeki dalam Rumah Tangga Jadi Tertutup
“Adapun anak (yang aku bunuh) itu, kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan berbuat kufur.”
“Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).”
“Adapun dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota tersebut dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku (sendiri). Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya,” ucap nabi Khidir.
BACA JUGA:Naudzubillah, Ini Dosa Suami Istri yang Membuat Pintu Rezeki dalam Rumah Tangga Jadi Tertutup
Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran. bahwa, Allah adalah maha bijaksana dan memiliki rencana yang sempurna dalam segala sesuatu yang terjadi. Terkadang, kita mungkin tidak memahami atau merasa heran dengan beberapa kejadian yang terjadi dalam hidup kita, tetapi sebenarnya itu adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar untuk kita.
Kisah ini juga mengajarkan pada kita tentang pentingnya kesabaran dan tawakkal kepada Allah. kisah ini juga mengingatkan kita untuk tidak terlalu cepat menghakimi atau menilai orang lain. Kisah Nabi Musa dan nabi Khidir adalah salah satu cerita yang penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga bagi kita semua.
(Aziz Shadiq Ghaniy)