Salah satu penelitian yang paling kontroversial adalah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja, seorang geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dr. Danny mengklaim bahwa Gunung Padang bukanlah situs megalitikum biasa, melainkan sebuah piramida buatan manusia yang berusia lebih dari 20.000 tahun.
BACA JUGA:Soroti Kecurangan Pemilu, Khatib Picu Jemaah Bubar, Ternyata Ini Alasan Dibalik Ceramahnya
Dr. Danny berdasarkan pada hasil pengukuran geolistrik, radar tanah, dan karbon-14 yang menunjukkan adanya struktur batu buatan manusia di bawah permukaan tanah.
Dr. Danny juga berhipotesis bahwa Gunung Padang adalah bukti adanya peradaban kuno yang maju dan hilang akibat bencana alam.
Namun, penelitian Dr. Danny mendapat banyak kritik dan penolakan dari para ahli lainnya, seperti Dr. Ali Akbar, seorang arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas).
Dr. Ali Akbar mengatakan bahwa penelitian Dr. Danny tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dan tidak sesuai dengan metode arkeologi yang benar.
BACA JUGA:Daftar Harga Ipad Terbaru April 2024, Termurah Dibanderol Rp 4 Jutaan
Dr. Ali Akbar mengatakan bahwa Gunung Padang adalah situs megalitikum yang dibuat oleh masyarakat Neolitikum atau Zaman Batu Muda sekitar 3.000-5.000 tahun lalu.
Dr. Ali Akbar juga mengatakan bahwa struktur batu di bawah permukaan tanah adalah hasil dari proses alamiah, seperti erosi atau gempa bumi.
5. Tempat Wisata Budaya
Mitos kelima tentang Gunung Padang adalah bahwa situs ini merupakan tempat wisata budaya yang menarik dan edukatif. Tak jarang, banyak wisatawan yang datang ke Gunung Padang hanya untuk menikmati keindahan alamnya, seperti hamparan padang rumput, pemandangan gunung dan lembah, serta udara segar.
Selain itu, wisatawan juga bisa belajar tentang sejarah dan budaya masyarakat setempat, seperti tradisi-tradisi adat, upacara-upacara ritual, seni-seni pertunjukan, serta kuliner-kuliner khas.
Wisatawan juga bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat yang ramah dan bersahabat. Salah satu atraksi wisata budaya yang paling terkenal di Gunung Padang adalah upacara Seren Taun atau Panen Raya.
Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Sunda Wiwitan atau Sunda Asli sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Kersa atau Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen mereka. Upacara ini dilakukan setiap tahun pada bulan September atau Oktober di halaman depan situs megalitikum Gunung Padang.