ISRAEL, POLITIK DAN OLAHRAGA

Sabtu 25-03-2023,10:25 WIB

Saat bertanding home di Jakarta, Indonesia mengalahkan Cina 2-0. Tapi giliran laga away 2 Juni 1957 di Beijing, Indonesia kalah 3-4. Karena saling mengalahkan, Indonesia dan China lantas memainkan laga penentuan di Rangoon, Myanmar, pada 23 Juni 1957. Laga berakhir imbang 0-0. Dengan hasil itu, Indonesia berhak lolos karena unggul agregat gol 5-4. 

BACA JUGA:Beasiswa Pertamina Butuh 500 Orang, Ini 38 Mitra Perguruan Tinggi dan Syaratnya

Peluang Indonesia lolos Piala Dunia terbuka. Asalkan bisa melewati babak play off melawan Israel yang lolos dari Sub Grup 2 setelah Turki mengundurkan diri. Ketika itu, Negara yahudi itu musuh bersama Negara-negara Arab. Israel meminta laga digelar dua leg yakni di Tel Aviv dan Jakarta. Tapi Indonesia meminta pertandingan digelar di tempat netral. Tapi usulan itu ditolak FIFA. 

Hal itu menyulut amarah Presiden Sukarno. Sang proklamator membuktikan dirinya bernyali besar. Meski Israel didukung AS dan Barat, Sukarno tak peduli. Dia memerintahkan Timnas Indonesia menolak melawan Israel. Politik luar negeri Indonesia sangat tegas menolak penjajahan Israel atas Palestina. 

BACA JUGA:Daftar Nama Honorer (Bag.1) Se-Indonesia yang Berpeluang Diangkat ASN Tanpa Tes, Cek Nama Anda di Sini

Sikap Indonesia kemudian diikuti Sudan dan Turki yang sama-sama menolak bertemu Israel. Israel dinyatakan menang WO. Tapi gagal lolos ke Swedia karena dikalahkan Wales. 

Dalam sebuah acara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Istora Senayan Jakarta, Presiden Sukarno mengatakan bahwa Indonesia tidak akan pernah bertanding sepakbola melawan Israel sepanjang Palestina belum merdeka. 

BACA JUGA:Mudik Lancar, Ini Fasilitas Tambahan di Tol Trans Sumatera

Sikap Indonesia ini konsisten dipertahankan dan sampai sekarang Indonesia-Israel tidak memiliki hubungan diplomatik.

Lima tahun berikutnya, Indonesia selaku tuan rumah pesta olahraga Negara-negara Asia (Asian Games), juga menolak kehadiran Israel yang waktu itu masih bergabung ke Asia. Presiden Sukarno menyatakan menolak memberi visa kepada atlet Israel untuk bertanding di Asian Games Jakarta. Gara-gara sikap tersebut, Indonesia harus menerima sanksi IOC dilarang tampil di olimpiade.

BACA JUGA:Saluran Pembuangan Air Tersumbat Sampah, 8 Rumah di Mukomuko Tergenang Air

Beda NU dan Muhammadiyah

Sementara itu, dua Ormas Islam terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda menyikapi tampilnya Israel di Piala U-20 di Indonesia. Muhammadiyah menolak kedatangan Israel. Sedangkan NU bersikap sebaliknya. 

BACA JUGA:Lowongan Kerja di Kemenko Perekonomian, Gaji Rp 5 Juta, Waktu Pendaftaran Sedikit Lagi

Ketua Umum PB NU, Yahya Cholil Staquf mengatakan tidak keberatan Israel bertanding sepakbola di Indonesia. Menurutnya, kedatangan Timnas Israel tidak merugikan posisi Palestina. “Kalau kita cuma menolak Israel, jangan datang! Habis itu tidur. Apa gunanya buat Palestina? Nggak ada gunanya juga,” kata Gus Yahya.

Di sisi lain, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyatakan tegas menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia. Anwar menyebut jika Indonesia mentolerir kedatangan Timnas Israel sama artinya menyalahi konstitusi. Sebab, konstitusi Indonesia sudah jelas menegaskan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.

Kategori :