NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Setelah dikeruk bertahun-tahun, seperti ini kondisi tambang harta karun Tujuh Bukit Jawa Timur.
Operasional tambang emas Tujuh Bukit oleh PT Bumi Sukesindo (BSI) di Banyuwangi, Jawa Timur sedang menyiapkan perubahan sistem pertambangan dari open pit atau pertambangan terbuka menjadi pertambangan bawah tanah.
General Manager of Operations PT BSI Roelly Franza di Banyuwangi, sempat mengatakan jika izin produksi tambang Tujuh Bukit sebenarnya sudah berakhir pada 2022 lalu. Namun, kemudian memperpanjang operasional hingga 2027 mendatang dengan menemukan cadangan baru.
BACA JUGA:Harta Karun Emas Melimpah di Bengkulu, Begini Kata Walhi, Setuju Dibuka Tambang?
Roelly Franza mengatakan, salah satu upaya eksplorasi bawah tanah berhasil menemukan cadangan tembaga profiri. Cadangan tersebut diakui bisa membuat operasional tambang bisa bertambah bahkan lebih dari 25 tahun, apalagi saat ini komoditas tembaga sedang dicari seiring pertumbuhan industri elektronik dan mobil listrik.
Namun, pihaknya merasa bahwa penambangan tembaga berarti pihaknya harus mengubah sistem. Dari pertambangan terbuka menjadi pertambangan bawah tanah.
Saat ini pihaknya sedang melakukan studi kelayakan apakah nanti sistem tersebut aman dari sisi teknologi, keekonomian, lingkungan, dan masyarakat.
Heap Leach Operation Head BSI Hariadhi Anjar Kusuma menjelaskan, produksi emas di tambang di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi itu memang makin menipis. Tahun lalu, pihaknya mencatatkan produksi 129 ribu ounces emas.
BACA JUGA:Ayo Buruan! Ini Cara Daftar CPNS 2024 di SSCASN.BKN.GO.ID, Siapkan Diri Anda
Jika dibandingkan dengan capaian 2022 sebanyak 125 ribu ounces, perusahaan yang di bawah naungan Merdeka Copper and Gold itu masih mencatatkan pertumbuhan.
Namun, untuk tahun ini diproyeksi produksi emas akan turun menjadi 121 ribu ounces. Karena tambang dengan sistem open pit memang akan makin susah semakin dalam lapisan tanah yang digali.
Anjar mengatakan penurunan produksi dikarenakan kadar emas yang didapat dari ore makin menurun. Awal operasi 2017 silam, pihaknya bisa mendapatkan 3-4 gram emas dari pengolahan 1 ton ore. Namun, kini rata-rata emas yang didapat dari 1 ton ore hanya mencapai 0,8 gram.
Saat ini, masa transisi penting untung memperpanjang operasional tambang dengan 1.474 pekerja itu. Dalam rencana masa depannya, pihaknya harus mengubah sistem pertambangan menjadi bawah tanah.
BACA JUGA:Gak Perlu Mahal! Berikut Rekomendasi HP Android Harga di Bawah Rp 1 Juta, Cek Spesifikasinya di Sini
Dengan perubahan sistem tersebut, otomatis perusahaan akan fokus untuk menambang tembaga. Emas dan perak hanya akan menjadi produk sampingan.