Pohon dan semak belukar kekeringan, bahkan dedaunan menguning rontok. Namun anehnya, hanya pohon-pohon di sekitar area Gunung Hejo yang masih berwarna hijau. Sehingga masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Gunung Hejo.
BACA JUGA:Perhatikan Sekitarmu, Ini Ciri-ciri Orang yang Menggunakan Pesugihan untuk Cepat Kaya
Di atas Gunung Hejo terdapat sebuah tempat yang dianggap keramat. Tempat ziarah yang selalu dikunjungi orang itu merupakan bangunan berbentuk makam. Bangunan itu sebenarnya bukanlah makam, tapi hanya tempat petilasan.
Tempat petilasan Prabu Siliwangi itu, merupakan puseur dayeuh berupa seonggok batu yang menutup lubang yang sangat dalam.
BACA JUGA:7 Mitos Burung Puter Coklat, Salah Satunya untuk Pesugihan
Sebelumnya orang sekitar percaya bahwa gunung yang terletak di Kecamatan Darangdan tersebut merupakan tempat petilasan atau bertapa Prabu Siliwangi, raja termasyhur di Kerajaan Pajajaran.
Wujud Petilasan sendiri menyerupai makam dengan batu terbungkus kain putih. Di batu itulah konon Prabu Siliwangi sering bertapa.
BACA JUGA:Waspada di Sekitar Kamu, Ini Ciri-ciri dan Fakta Pesugihan Babi Ngepet
Menurut penduduk setempat, baik sebelum dan sesudah Tol Cipularang dibangun, petilasan itu sering ramai dikunjungi peziarah.
Mereka datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Bogor, Kerawang, Bandung, dan Jawa Tengah. Kecelakaan di jalur tol Cipularang tak jauh dari Gunung Hejo.
BACA JUGA:Ini 10 Macam Ritual Pesugihan yang Masih Dilakukan Zaman Modern, Ada Pesugihan Tuyul
Perbesar Kecelakaan di jalur tol Cipularang tak jauh dari Gunung Hejo. Berbagai penampakan makhluk gaib pun sering terlihat di sana yang diyakini sebagai salah satu jin yang dipuja saat ritual pesugihan, di antaranya ada yang bernama Dewi Cempaka, Jin Barkola, dan Hanoman.
Pada zaman dahulu, pesugihan sering dikaitkan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat percaya bahwa kekuatan gaib dapat dikendalikan oleh manusia melalui berbagai ritual dan sesajen.
BACA JUGA:Kaya Mendadak, 5 Tempat Wisata Ini Sering jadi Tempat Pesugihan, Ternyata Ini Cara dan Risikonya
Ritual-ritual ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti makam, hutan, atau Sungai dan gunung.
Pada masa Hindu-Buddha, pesugihan juga berkembang pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya cerita rakyat yang berkaitan dengan pesugihan, seperti kisah Lutung Kasarung dan Nyi Blorong.