Kawasan Industri Morowali mencakup areal seluas lebih dari 3.000 ha di bagian timur Pulau Sulawesi. Wilayah ini merupakan basis produksi nikel baru yang digadang-gadang mendorong surplus pasokan di pasar global pada tahun ini.
BACA JUGA:Terletak di Dua Desa Kecil, Ini Peta Lokasi Harta Karun 72 Juta Ton Emas Hitam di Sumsel
Lebih dari US$22 miliar telah diinvestasikan di kawasan industri Morowali pada Juni 2022, dibandingkan dengan US$6,7 miliar pada 2019, menurut data IMIP.
Salah satu perusahaan yang menambang di area itu yakni PT Central Omega Resources Tbk (DKFT). Perusahaan itu memiliki 2 operasi tambang nikel melalui anak usahanya yakni PT Mulia Pasific Resource dan PT Itamatra Nusantara sejak 2011.
Berdasarkan laporan tahunannya pada 2022, dari tambang itu, perusahan mencatatkan produksi bijih nikel mencapai 584.179 mt pada 2020, pada 2021 sebanyak 845.453 mt, dan pada 2022 sejumlah 815.321 mt. Secara total, tambang nikel yang beroperasi di kawasan IMIP mampu memproduksi hingga 280.000 ton per tahun.
BACA JUGA:Harta Karun Emas di Sumatera Peninggalan Zaman Belanda, Ini Peta Lokasinya
4. Gag, Papua Barat
Tambang nikel Gag ini terletak di Pulau Gag, Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, yang dimiliki oleh PT Gag Nikel, yang merupakan anak usaha dari Antam.
PT Gag memiliki izin kontrak karya (KK) tambang di wilayah itu seluas 13.136 ha, dan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 603,25 ha.
Menyitir laman perusahaannya, tercatat total sumber daya nikel PT Gag mencapai 314,44 juta wet metric ton (wmt) yang terdiri dari 160,08 juta wmt bijih nikel saprolite dan 154,36 juta wmt limonite.
Namun, per akhir 2018, perusahaan melaporkan total cadangan nikelnya sebesar 47,76 juta wmt yang terdiri dari 39,54 juta wmt bijih nikel saprolite dan 8,22 juta wmt bijih nikel limonite.
5. Sorowako, Sulawesi Selatan
Salah satu tambang nikel terbesar terbesar di Indonesia terletak di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Blok Sorowako merupakan konsesi tambang terbuka yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan total luas lahan 70.566 ha.
Di Blok tersebut, Vale memproduksi bijih nikel kadar tinggi atau saprolite yang nantinya bakal diolah menjadi nickel matte, dengan rata-rata produksi per tahun mencapai 75.000 metrik ton (mt).
Selain Blok Sorowako, Vale Indonesia juga memiliki konsesi lahan tambang nikel di Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah (22.699 ha); serta Blok Pomalaa dan Sua-Sua, Sulawesi Tenggara (24.752 ha). Secara total, Vale Indonesia memegang konsesi lahan di Indonesia seluas 118.017 ha.
Berdasarkan laporannya, Vale mencatat total volume produksi bijih nikel sebanyak 11,55 juta mt pada 2022.