Kang Bahar bingung harus kemana dan harus melakukan apa. Di tengah kebingungan, akhirnya Kang Bahar memutuskan untuk bertahan di terminal dan Kang Bahar memutuskan akan hidup di terminal mencari makan di terminal.
Hingga akhirnya, Kang Bahar pun menjadi tukang dagang asongan. la berdagang tahu sumedang, leupeut, dan telor asin. Di tengah jualan yang untungnya minim tersebut, Kang Bahar mencoba terus berusaha dibarengi sikap sabar.
Namun, kesabaran Kang Bahar terusik tatkala muncul masalah, ia harus membayar "pajak" ke orang-orang yang ada di terminal disebut: preman. Bagi Kang Bahar, ada ketidakadilan di sana ketika para preman menarik iuran secara paksa.
Hingga pada suatu hari waktu ada yang menarik pajak, preman itu pun dilawan oleh Kang Bahar. Maka, sosok Kang Bahar pun menjadi musuh utama para preman.
Kang Bahar pun diuber oleh semua teman-teman si preman. Hingga, terjadilah perkelahian Kang Bahar meladeni serangan lebih dari sepuluh preman. Kang Bahar tak gentar, ia meladeni pertarungan dengan semua preman tersebut dan para preman berhasil dihajarnya satu per satu.
Kekuatan kelompok preman penguasa terminal pun runtuh dan akhirnya Kang Bahar menggantikan posisi menjadi penguasa baru di terminal.
Sebagai pemegang tampuk kekuasaan di terminal, Kang Bahar tak ingin mengulangi pola penguasa sebelumnya yang hanya ingin untung saja. la paham sulitnya jadi orang susah.
Maka, Kang Bahar tidak mau susahnya dulu jadi susahnya orang lain waktu kini ia berkuasa. Maka, apa yang dilakoni Kang Bahar tersebut, ia menyebutnya "bisnis". la pun menerapkan peraturan: semua orang harus diuntungkan.
Pedagang wajib bayar luran tapi berhak dapat jaminan keamanan. Inilah gaya kekuasaan Kang Bahar dan tidak boleh ada pihak yang terganggu atau merasa dirugikan. Misalnya, walaupun sopir-sopir ditarik iuran tapi sang sopir dibantu untuk dapat penumpang.
BACA JUGA:Seharga Mobil Lamborghini, Ternyata Ini 10 Mitos dan Fakta Ayam Cemani yang Belum Diketahui
Kembali pada penuturan Kang Bagja, walaupun ia dan Kang Bahar sama-sama tinggal di Bandung, namun keduanya putus komunikasi. Kang Bagja akhirnya tahu alasan Kang Bahar tidak mau berkomunikasi dengannya.
Kang Bahar malu jika bertemu dengan Kang Bagja karena apa yang dijalaninya di Bandung sebagai preman. Bagi Kang Bagja sendiri, apa yang dipilih Kang Bahar karena ada latar belakang tersendiri.
Menurut Kang Bagja, sahabatnya itu hanyalah seorang lelaki yang berusaha memperjuangkan hidup dan keluarganya. Dalam perjalanan hidup Kang Bahar, ada sebuah pilihan yang kadang memang rumit untuk dimengerti jika dipandang dalam pandangan jalan hidup yang ideal.
Bagi Kang Bagja, apa yang dilakoni Kang Bahar selama hidup kadang sama seperti manusia lain yakni pernah salah mengambil keputusan. Dan Kang Bahar paham akan risiko pilihan hidupnya.
BACA JUGA:Gadai SK Bisa Cair Rp 750 Juta, Ini Ketentuan Angsuran Pinjaman PNS Bank Bengkulu