1. Meningkatnya angin di Samudera Pasifik
Proses La Nina yang pertama adalah penurunan suhu di perairan Samudera Pasifik bagian timur. Di waktu yang sama, terdapat angin pasat timur yang bertiup dan menguat di sepanjang Samudra Pasifik.
2. Massa air hangat terbawa ke Pasifik Barat
Angin yang bertiup di Samudera Pasifik akan membawa massa air hangat ke arah Pasifik Barat. Dengan kata lain, air hangat di Pasifik Barat menjadi lebih banyak.
3. Terjadi Upwelling
Apabila massa air hangat lebih banyak di Pasifik Barat, maka massa air di Pasifik Timur akan dingin. Massa air dingin tersebut bergerak ke atas menggantikan massa air hangat yang berpindah ke Pasifik Barat. Pergantian inilah yang menyebabkan suhu di permukaan air laut menurun dibandingkan dari kondisi normalnya.
Sejumlah prediksi juga memperkirakan. Salah satunya diungkapkan oleh Institute for Climate and Society (IRI).
"Namun peluang klimatologisnya (La Nina) mencapai musim panas boreal 2024 (Juni-September), La Nina menjadi kategori yang paling mungkin terjadi pada Juli-September 2024 dan seterusnya," demikian keterangan resmi IRI.
BACA JUGA:Siaga Bencana Hidrometeorologi, Ini Dampak La Nina yang Menghantui Indonesia
Baik El Nino dan La Nina memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Berikut ini perbedaan ciri-ciri dari La Nina dan El Nino:
1. Ciri-Ciri La Nina
- Angin pasat ke arah Barat menguat searah dengan kecepatan angin dalam kondisi normal.
- Curah hujan tinggi di di dekat Papua (Indonesia)
- Curah hujan rendah di dekat Peru (Amerika Selatan)
- Suhu udara menurun (mendingin) dibandingkan suhu normal
BACA JUGA:Menarik Diselami, Ini Spesifikasi Hp Redmi 12C Harga Rp 1 Jutaan, Murah dan Terbaik
2. Ciri-Ciri El Nino
- Angin pasat dari arah Timur melemah karena angin yang seharusnya bergerak dari Peru ke Papua (dalam kondisi normal) menjadi bergerak dari Papua ke Peru
- Curah hujan rendah di dekat Papua (Indonesia)