Hal tersebut dikarenakan keturunan Lamno yang berasal dari cucu bangsa Portugis. Mereka hasil kawin campur dengan penduduk setempat pada zaman dahulu, sekitar abad ke-16.
Gen mata biru di Lamno dari dulu sampai sekarang masih terkenal, walaupun pada saat ini mulai sangat terbatas jumlahnya.
Matanya yang biru membuat saya takjub dan rasanya ingin menulis asal-muasal generasi si mata biru ini. Banyak warga Indonesia dan terutama masyarakat Aceh yang mengatakan mereka seperti bule aslinya.
BACA JUGA:Ini Perbedaan Pendidikan di Indonesia dan Luar Negeri, Mana yang Lebih Bermutu?
Dikutip dari ‘Good news from Indonesia’, ada dua versi yang menceritakan asal-usul bule dari Lamno ini. Versi pertama menyebutkan bahwa keturunan bermata biru ini berasal dari penjajahan Portugis di Aceh pada awal abad ke-16 Masehi.
Saat itu bangsa Portugis mencari rempah-rempah di Indonesia sehingga masuk hingga ke perairan Aceh. Beberapa pria dari pelaut Portugis malah memilih menetap dan menikahi gadis Aceh dan akhirnya menghasilkan keturunan bermata biru dengan rambut kecokelatan (pirang).
Ada juga yang menjelaskan bahwa keturunan bule Lamno ini bermula ketika kapal perang Portugis terdampar di Lamno, Aceh. Saat itu. Raja Daya menangkapi siapa saja yang masih hidup dari kapal tersebut.
BACA JUGA:Ini Perbedaan Pendidikan di Indonesia dan Luar Negeri, Mana yang Lebih Bermutu?
Lambat laut terjadi asimilasi dan pernikahan dengan perempuan setempat. Akhirnya, lahirlah keturunan yang bermata biru, berhidung mancung, dan berambut pirang.
Wilayah Lamno terletak di pesisir pantai barat Aceh dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Lokasi itulah yang menjadikan pedesaan seperti Lamno sering dikunjungi kapal-kapal Eropa.
Sehingga, berdampak pada terjadinya asimilasi dan banyak orang Eropa yang tinggal menetap bahkan menikah dengan perempuan setempat.
BACA JUGA:Ini 7 Perbedaan Haji Regular, Haji Plus dan Haji Furoda, Nomor Dua Penentu Segalanya
Mata Pencaharian Suku Lamno
Para keturunan Eropa ini kemudian belajar bertani dan berbahasa. Mereka kemudian diperkenalkan dengan adat istiadat dan budaya masyarakat Aceh. Selama ratusan tahun mereka lantas beranak pinak di tempat tersebut.
Namun setelah Aceh dilanda tsunami pada tahun 2004 silam, banyak Bule Lamno yang akhirnya berpindah ke berbagai tempat. Rata-rata mereka memilih tinggal di kota yang mudah dijangkau secara transportasi.
Bahkan beberapa di antaranya keturunan orang Portugis ini ada yang hilang dan meninggal. Kini tercatat tak lebih dari 40 persen warga keturunan Portugis yang tersisa dan masih bertahan di Desa Lamno.
Bahkan orang asing yang datang pasca tsunami ke Aceh juga bertanya tentang keberadaan keturunan Eropa itu di Aceh Jaya.