Ditunggu Tak Kunjung Pulang, Ternyata Petani Wanita Ini Ditelan Ular Piton, Begini Kronologinya

Senin 10-06-2024,13:31 WIB
Reporter : Tianzi Agusti
Editor : Septi Widiyarti

Setelah tubuh Farida berhasil dikeluarkan dari perut ular, ia segera dibawa pulang ke rumah duka. Peristiwa ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan warga setempat.

Mereka tidak menyangka bahwa Farida yang dikenal sebagai petani yang rajin dan baik hati akan berakhir dengan cara yang begitu tragis.

Kejadian ini juga menjadi peringatan bagi masyarakat setempat tentang bahaya yang mengintai di sekitar mereka, terutama di daerah-daerah yang masih banyak dihuni oleh binatang buas seperti ular piton.
Warga diharapkan lebih waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di kebun atau hutan yang berpotensi menjadi habitat ular.

Tragedi ini mengingatkan kita akan kekuatan alam yang tidak bisa diremehkan. Meski manusia telah banyak menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan, masih ada banyak hal di alam yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya.

BACA JUGA:Ini Ciri-ciri Hewan Kurban yang Sehat dan Memenuhi Syarat Berkurban, Penting Bagi yang Mau Berkurban

Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, terutama saat berhadapan dengan alam liar. Farida, yang semasa hidupnya dikenal sebagai sosok pekerja keras, kini telah pergi untuk selamanya.

Kepergiannya yang tragis membawa kesedihan mendalam bagi keluarga dan seluruh warga di Kabupaten Sidrap. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk selalu berhati-hati dan waspada terhadap potensi bahaya yang ada di sekitar kita.

Dengan demikian, peristiwa ini menjadi sebuah cerita yang akan selalu diingat oleh warga Sidrap, sebagai pengingat bahwa alam liar selalu menyimpan kejutan yang tidak terduga dan sering kali berbahaya.

BACA JUGA:Simak, Rincian Dana Desa Kabupaten Probolinggo Tahun 2024, Desa Ini Dananya Paling Besar

Farida mungkin telah tiada, tetapi kenangannya akan terus hidup dalam ingatan mereka yang mengenalnya. Tragedi ini juga menjadi momen refleksi bagi kita semua tentang pentingnya menjaga keselamatan diri dan orang-orang terdekat kita dari bahaya yang mengintai.

Sebagai informasi tambahan berikut ini ulasan terkait Ular piton atau sanca batik/sanca kembang (Malayopython reticulatus) yang merupakan spesies ular piton asli Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ia adalah ular terpanjang di dunia, dan terberat ketiga setelah anaconda hijau dan ular piton Burma.

Ular ini tidak masuk daftar hewan terancam International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena penyebarannya luas.

Di beberapa negara di wilayah jelajahnya, ia diburu untuk diambil kulitnya, digunakan dalam pengobatan tradisional, dan dijual sebagai hewan peliharaan. Karena itu, sanca batik adalah salah satu reptil penting secara ekonomi.

BACA JUGA:Desa Mana yang Paling Besar? Ini Rincian Dana Desa di Kabupaten Malang Tahun 2024

Ular piton ini tidak berbisa, akan tetapi ia tidak membunuh mangsa dengan gigitan.

Namun dengan cara membuatnya mati lemas, melingkari korbannya dan meremas otot-ototnya dengan kuat untuk membatasi aliran darah sebelum menelannya.

Pakar dari Cornell University, Dr Harry W. Greene, menyebut kematian mungkin datang dalam hitungan menit, tapi butuh waktu lama untuk menelan mangsa. Dalam hitungan detik ia akan melilit kuat ke seluruh tubuh, memutus sirkulasi darah ke otak, menutup saluran udara, dan mencegah dada mengembang.

Dari salah satu atau semua alasan tersebut, seseorang akan cepat mati.
Lalu datanglah proses menelan.

Ular piton bisa menelan manusia karena rahang bawahnya secara tak langsung menempel pada tengkorak sehingga membuatnya bisa mengembang.

Menurut Greene, proses menelan bisa berlangsung selama sekitar satu jam hingga korban sepenuhnya berada di dalam perutnya. Setelah makan besar, ular ini bisa tidak aktif selama berminggu-minggu saat makanannya dicerna.

Demikianlah informasi tentang petani di Sidrap Sulawesi Selatan ditelan ular piton. Semoga bermanfaat.

Tianzi Agusti

Kategori :