Menurut Michaelson, masing-masing dari kita dilahirkan dengan berbagai pengalaman emosional, beberapa memiliki lebih banyak emosi negatif daripada yang lain. Adalah sehat untuk dapat merasakan dan menghadapi semuanya.
BACA JUGA:Agar Anak Jadi Juara Kelas, Berikan 9 Makanan Untuk Kecerdasan Otak Anak Berikut Ini
2. Mitos: jangan katakan tidak kepada anak
Ini adalah tren baru menurut psikolog klinis Maui Heather Wittenberg, Psy.D yang telah melihat. Alasannya? "Sekarang diyakini bahwa mengatakan tidak kepada anak-anak terlalu keras akan berpotensi merusak. Namun, menetapkan batasan mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak-anak justru membantu mereka merasa aman," ujar Wittenberg, juga penulis Let's Get This Potty Started!
Mengatakan tidak, asalkan tidak dikatakan dengan nada agresif atau bermusuhan. Konteksnya jauh lebih penting daripada kata yang sebenarnya. Ubah konteks 'tidak' ke dalam kalimat yang kamu inginkan. "Bunda, inginnya Adek lebih rajin belajar ya, supaya nilainya besok bisa lebih baik." Lebih terdengar menyenangkan bukan?
3. Mitos: Jangan menjadi teman anak
Orang tua yang cocok dengan yang satu ini cenderung memiliki pandangan miring terhadap teman atau menjadi sangat mengontrol. Mereka beranggapan bahwa berteman berarti bersikap permisif, memberi nasihat yang buruk, tidak bertanggung jawab, atau tidak memiliki aturan atau batasan. Ini adalah teman-teman yang buruk.
Menjadi teman yang baik berarti memberikan nasihat dan bimbingan yang baik, memberikan kenyamanan dan dukungan, bersikap empati dan pengertian, memperlakukan orang lain dengan hormat, bertanggung jawab, dan memegang batasan yang sehat. Siapa yang tidak butuh teman seperti ini?
4. Mitos: utamakan kebutuhan anak-anak
Anak-anak bisa menjadi 'pemakan' segalanya, dan budaya kita dapat mempromosikan cara hidup yang sangat terobsesi pada anak,” kata Michaelson. Hal ini membuat banyak orang tua mengabaikan kebutuhan pribadi mereka.
Tetapi penting bagi orang tua untuk “memakai masker oksigen mereka sendiri terlebih dahulu,” kata Wittenberg. Ini tidak hanya membantu kamu tetap sehat, tetapi juga mengomunikasikan kepada anak-anak bahwa orang tua berada di puncak sistem keluarga.
5. Mitos: ajari anak dengan keras
Anak-anak membutuhkan kasih sayang dan pengasuhan. Beberapa dekade penelitian telah mengonfirmasi bahwa pengasuhan yang sensitif dan responsif mengarah pada keterikatan yang aman dan menghasilkan hasil terbaik pada anak-anak.
BACA JUGA:Wujudkan #GiziSeimbang Anak Indonesia Sehat, Astra Motor Lakukan Pembinaan Posyandu
Sebaliknya, pengasuhan yang kejam atau keras dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk, termasuk kinerja akademik yang lebih rendah, lebih sedikit masalah kesehatan mental, kepuasan hidup yang lebih rendah, dan kesejahteraan yang lebih buruk.