"Aza sehari-hari bersekolah seperti biasa, namun apabila malam hari, ia mengikuti pesantren dari Maghrib sampai Isya. Saya juga tidak pernah berobat ke rumah sakit ketika mengalami demam atau pusing ringan.
Saya selalu meminta Aza untuk membacakan beberapa surat, dan saya merasa sembuh setelah mendengar lantunan suara Aza," tutur Budi Rahmanto, ayah Aza.
BACA JUGA:5 Fakta Tol Lubuklinggau-Bengkulu, Tidak Perlu Khawatir Mabuk di Gunung, Perjalanan Lebih Cepat
2. Masyita Putri Nasyira dari Makassar
Namanya Masyita Putri Nasyira, seorang gadis cilik berusia 9 tahun yang menderita penyakit low vision.
Meski demikian, ia berhasil membahagiakan dan membanggakan kedua orangtuanya, Nasruddin (39) dan Irawati (39).
Pada tahun 2016, Masyita berhasil memberangkatkan kedua orang tuanya untuk ibadah haji ke Tanah Suci. Ia juga mengangkat ekonomi keluarganya dari menghafal Al-Qur'an.
"Kehadiran Masyita membawa pengaruh baik dalam kehidupan keluarga kami. Dia telah mengangkat derajat kami melalui Al-Qur'an. Karenanya, saya dan bapaknya bisa ke tanah suci.
Jika berharap dari gaji bapak yang masih seorang honorer di salah satu instansi, mungkin kami tak bisa ke Tanah Suci," kata Irawati. Selain memberangkatkan kedua orang tuanya, Masyita juga membantu merenovasi rumahnya yang sangat sederhana.
BACA JUGA:Melek Teknologi, BRI Tampilkan Perjalanan Transformasi Digital di PDC 2024
Irawati menceritakan awal mula putrinya bisa seperti sekarang ini. Beberapa waktu lalu, ada seorang ibu yang merekam Masyita saat membaca Al-Qur'an di mal. Video tersebut kemudian diunggah ke Facebook dan menjadi viral.
Sejak Masyita menginjak usia 3 tahun, Irawati sering memperdengarkan bacaan Al-Qur'an dari ponsel, radio kecil, maupun televisi. Ternyata, hal itu semua tersimpan dengan baik di memori Masyita sehingga ia mampu menghafalkan juz 29 dan juz 30.
Agar hafalan Masyita tetap bertahan dan bertambah, Irawati mengaku bahwa putrinya harus menyetor hafalan ke dirinya atau ke bapaknya usai Maghrib. "Memang anak saya kurang normal tapi sepertinya dia yang paling percaya diri karena pada dasarnya Masyita itu anaknya selalu ceria," tutup Irawati.
3. Fajar Abdulrokhim Wahyudiono dari Bandung
Fajar Abdulrokhim Wahyudiono asal Bandung ini telah menjadi hafiz Al-Qur'an sejak berusia 4,5 tahun. Hebatnya lagi, Fajar adalah penderita cerebral palsy (lumpuh otak). Fajar terlahir dalam kondisi prematur dengan berat 1,6 kg, dan penyakitnya baru diketahui setelah usianya 1 tahun.