NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Ini alasan kenapa BKKBN ingin setiap pasangan lahirkan satu anak perempuan.
Pernyataan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo belakangan ramai disorot. Pasalnya, ia mengimbau setiap keluarga untuk setidaknya memiliki satu anak perempuan.
Hal ini bukan tanpa sebab, saat ini angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) di Indonesia menurun signifikan. Demi menjaga pertumbuhan populasi penduduk, idealnya menurut Hasto memang demikian.
BACA JUGA:Diskon 50%, Promo BRI X Holland Bakery Berlaku Juli-September 2024, Ini Syarat dan Ketentuannya
Diketahui, angka perkawinan di Indonesia turun tajam dari semula rata-rata 2 juta pernikahan, menjadi 'hanya' 1,5 hingga 1,7 juta dalam setahun. Hal ini juga berdampak pada angka kelahiran atau TFR yang secara nasional kini berada di 2,1.
Meski angka tersebut terbilang ideal untuk pertumbuhan populasi penduduk, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo khawatir dalam beberapa tahun ke depan TFR terus menurun.
Mengingat, adanya pergeseran tujuan pernikahan yang awalnya didominasi prokreasi atau memiliki keturunan, kini tidak sedikit yang hanya menjadi rekreasi.
BACA JUGA:Kerap Dianggap Mistis, Ini 4 Mitos Bulan Suro yang Masih Dipercaya Masyarakat Jawa
Ia menegaskan perubahan persepsi di masyarakat tentang menikah tidak lagi wajib juga ikut berperan dalam penurunan TFR. Karenanya, dr Hasto berharap setiap wanita bisa melahirkan satu anak perempuan.
Hasto menilai hal ini diperlukan agar tidak terjadi penyusutan populasi penduduk di Indonesia.
"Kalau 'minus growth', lama-lama habis orangnya," ujar dia.
Sebenarnya, kenapa muncul kekhawatiran tentang penurunan angka kelahiran?
BACA JUGA:Segini Gaji dan Tunjangan Kepala Desa Tahun 2024! Lebih Besar dari Gaji PNS
Jawabannya sederhana, dampak signifikannya terhadap ekonomi. Negara-negara menghadapi dampak dari populasi yang menua dan pada saat bersamaan jumlahhnya menurun. Tenaga kerja yang ada pun lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pensiunan.
Bagaimana suatu negara bisa mengalami pertumbuhan ekonomi kalau perusahaan-perusahaan tidak dapat merekrut cukup pekerja? Bagaimana tenaga kerja yang jumlahnya lebih sedikit ini mampu membiayai uang pensiun untuk populasi pensiunan yang jauh lebih besar?