NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – 3 mitos Telaga Sarangan, salah satunya pasangan kekasih bisa putus jika datang ke tempat ini.
Telaga Sarangan merupakan destinasi wisata andalan di Magetan. Telaga ini berada di lereng Gunung Lawu. Tepatnya di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Secara administrasi, Telaga Sarangan masuk Desa Sarangan, Kecamatan Plaosan. Telaga Sarangan terbentuk secara alami dengan luas sekitar 35 hektare. Uniknya, di tengah telaga ada pulau yang rindang dengan tumbuhan liar.
BACA JUGA:Tol Banyung Lencir-Tempino Tuntas, Jarak Palembang-Jambi Terpangkas 4 Jam
Namun, tahukah Anda bahwa di balik keindahannya, Telaga Sarangan diyakini memiliki sejumlah mitos yang banyak dipercaya oleh penduduk sekitar.
Meskipun begitu, hingga kini Telaga Sarangan tetap menarik pengunjung sebagai kearifan lokal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.
Legenda Asal-usul Telaga Sarangan
Dikutip dari buku Kumpulan Legenda Nusantara (2023) oleh Astri Damayanti, asal-usul Telaga Sarangan bermula dari kisah Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Mereka adalah pasangan yang hidup di sebuah gubuk di lereng Gunung Lawu.
BACA JUGA:Simak Review Poco F6, Spesifikasi Mantap dan Harga Murah, Bakal Jadi Jawara Android?
Kyai Pasir adalah seorang petani. Pasangan ini hidup dari hasil ladang mereka. Pada suatu hari, Kyai Pasir menemukan sebutir telur di ladang. Tanpa tahu telur dari binatang apa, Kyai Pasir membawanya pulang.
Sesampainya di rumah, Nyai Pasir diminta memasak telur tersebut. Mereka lalu makan siang bersama dengan lauk telur yang dibelah dua. Telur merupakan lauk yang sangat lezat bagi mereka.
Sang suami lalu kembali ke ladang. Namun dalam perjalanan, dia merasa tubuhnya panas dan kesakitan. Dia berguling-guling di pasir karena kesakitan. Kulit Kyai Pasir pun mulai muncul sisik dan lama kelamaan tubuhnya berubah menjadi naga jantan.
BACA JUGA:Tabel KUR BCA 2024 Pinjaman Rp 30 Juta, Per Bulan Cukup Bayar Rp 500 Ribuan, Lengkapi Syarat Ini
Nyai Pasir ternyata juga merasakan panas dan mengejar suaminya ke ladang. Nyai Pasir juga berubah menjadi naga betina. Mereka masih terus berguling-guling karena kesakitan.
Dari gerakan naga tersebut, tanah di situ semakin tergerus dan membentuk cekungan yang besar. Dari cekungan itu muncul mata air yang menggenanginya dan lama kelamaan menjadi telaga.