Sopir Ambulans Turunkan Jenazah Bayi di SPBU karena Tak Diberi Uang Bensin, Ketua DPR RI: Tidak Berhati Nurani

Jumat 19-07-2024,12:36 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Septi Fitriani

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Sopir ambulans turunkan jenazah bayi di SPBU karena tak diberi uang bensin, Ketua DPR RI: kejadian yang tidak berhati nurani.

Di kawasan Tugu Beji, Sintang, Kalimantan Barat, terjadi sebuah insiden memilukan yang menggugah hati nurani masyarakat. 

BACA JUGA:Pembelian BBM Pertalite dan Solar Subsidi Dibatasi 17 Agustus! Ini Kendaraan yang Dilarang

Seorang sopir ambulans dari RSUD Ade M Djoen Sintang, bernama Suwardi, melakukan pungutan liar (pungli) terhadap keluarga pasien dengan alasan membeli bensin. 

Insiden ini bermula ketika Suwardi mengantar jenazah bayi laki-laki bersama keluarganya dan berhenti di sebuah SPBU, meminta uang sebesar Rp600 ribu untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM). Padahal, keluarga pasien sudah membayar biaya ambulans sebesar Rp690.000 di rumah sakit.

Ojong, kakek dari bayi tersebut, mengungkapkan bahwa keluarga tidak memiliki uang tambahan dan terpaksa meminta bantuan. "Itu pun kami ndak punya uang. Terus minta tolong. Dibantu sama Pak Dewan," ujar Ojong. Setelah membayar biaya jasa ambulans, keluarga dan jenazah bayi tersebut berangkat menuju Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir. Namun, ketika ambulans berhenti di SPBU, Suwardi meminta tambahan biaya sebesar Rp600 ribu untuk minyak jenis Dexlite. "Kata sopirnya, minta duit 600 ribu untuk beli minyak. Aku jawab ndak punya duit dan sudah kami bayar di kasir. Kata sopir ndak bisa gitu. Itu urusan saya, kasir ndak ada urusan," jelas Ojong.

BACA JUGA:Zaman Sekarang Masih Ada Suku Kanibal yang Bebas Berkeliaran di Masyarakat

Keluarga merasa sakit hati dengan perlakuan Suwardi dan memutuskan keluar dari ambulans, sementara jenazah bayi laki-laki tersebut digendong oleh neneknya. "Hati saya sakit. Kami masih sadar (tidak berbuat anarkis). Saya ndak terima. Cucu meninggal," kata Ojong dengan suara penuh kepedihan.

Suasana menjadi tegang di area SPBU. Pihak keluarga tak terima dengan perlakuan Suwardi, dan Ojong pun tak kuasa menahan tangis karena diperlakukan tidak masuk akal. Setelah lebih dari satu jam, jenazah bayi tersebut akhirnya dibawa ke rumah duka menggunakan mobil penumpang dan tiba di Nanga Mau sekitar pukul 01.00 dini hari. 

"Kami selaku masyarakat tidak terima seperti ini. Cara seperti ini menindas rakyat. Betul-betul kami tidak terima. Jangan sampai terjadi seperti ini. Tolong kasihan masyarakat lain," ujar Ojong dengan sesenggukan.

Suwardi, sopir ambulans yang terlibat dalam insiden tersebut, mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada keluarga pasien. 

Ia mengungkapkan bahwa ia meminta biaya tambahan untuk mengganti selisih harga BBM yang dibeli menggunakan uang pribadi. Sebelum berangkat, Suwardi sudah menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa ambulans yang digunakan berbeda dengan yang diatur dalam Peraturan Bupati (Perbup). 

BACA JUGA:BBM untuk Ambulans, Apakah Boleh Pakai Subsidi atau Tidak? Ini Aturannya

"Karena ambulans yang saya gunakan ini menggunakan BBM jenis Dexlite. Harganya per liter 14.900 rupiah. Sementara perbup yang ada di rumah sakit, BBM yang ditanggung sebesar 9.500 rupiah. Selisih BBM itu yang saya minta pada keluarga pasien," ungkap Suwardi.

Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, Ridwan Hasiholan Pane, sangat menyayangkan tindakan Suwardi. Ia menegaskan bahwa keluarga pasien tidak seharusnya dibebankan biaya tambahan setelah membayar di kasir rumah sakit sesuai Perbup. 

Kategori :