كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ{ هذا لفظ البخاري
Artinya: “Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.
BACA JUGA:INFO PENTING!! Tahun Ini Seleksi CPNS hanya Dibuka untuk Instansi Berikut
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah RA.
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
Artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (HR Muslim).
Pendapat Para Ulama
BACA JUGA:Ini Gaji Ketua RT di Indonesia Per Bulan, Cek Daerah Mana yang Paling Tinggi
Para ulama ketika berbicara tentang kapan tepatnya malam Qadar itu telah berbeda pendapat sepanjang zaman. Hal itu bukan karena para ulama tidak mampu mendapatkan dalil, tetapi justru karena dalilnya tidak ada yang secara tegas menyebutkan kapan waktunya.
Dikutip dari buku Jaminan Mendapat Lailatul Qadar oleh Ahmad Sarwat terbitan Rumah Fiqih, berikut ini ragam pendapat mengenai waktu malam Lailatul Qadar.
1. Malam Ganjil di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan