Banyak orang yang mencoba untuk mencari harta karun tersebut dengan berbagai cara, seperti menggunakan alat-alat deteksi logam, melakukan penggalian tanpa izin, atau melakukan ritual-ritual tertentu. Namun, hingga kini belum ada yang berhasil menemukan harta karun tersebut.
BACA JUGA:Kata Ustadz Khalid Basalamah, Jangan Pelihara Kucing dalam Rumah, Ini Alasan dan Hukumnya
3. Tempat Bersemayamnya Ratu Pantai Selatan
Mitos ketiga tentang Gunung Padang adalah bahwa situs ini merupakan tempat bersemayamnya Ratu Pantai Selatan atau Nyai Roro Kidul. Ratu Pantai Selatan adalah sosok legendaris yang dipercaya sebagai penguasa laut selatan Jawa dan pelindung kerajaan-kerajaan Jawa.
Menurut beberapa versi cerita rakyat, Ratu Pantai Selatan adalah putri dari Prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kadita. Dewi Kadita adalah seorang putri cantik dan sakti yang menjadi calon penerus tahta kerajaan Pajajaran.
Namun, karena iri hati, saudara tirinya yang bernama Purbasari mencoba untuk menghalangi Dewi Kadita dengan menyuruh dukun jahat untuk mengutuknya. Akibat kutukan tersebut, sehingga Dewi Kadita menjadi sakit dan tubuhnya penuh dengan luka bernanah.
Kemudian, dia diusir dari istana dan hidup sebagai pengemis. Dia kemudian pergi ke Gunung Padang untuk mencari kesembuhan. Di sana, dia bertemu dengan seorang pertapa yang memberinya petunjuk untuk mandi di laut selatan.
Dewi Kadita kemudian pergi ke laut selatan dan mandi di sana. Ajaibnya, luka-luka di tubuhnya sembuh dan dia menjadi cantik kembali. Namun, dia juga berubah menjadi makhluk setengah manusia setengah ular. Dia kemudian menjadi penguasa laut selatan dan berganti nama menjadi Ratu Pantai Selatan.
BACA JUGA:Jadi Sorotan dan Kritikan Publik, Apa Alasan Jokowi Boyong Artis dan Influencer?
4. Tempat Penyelidikan Ilmiah
Mitos keempat tentang Gunung Padang adalah bahwa situs ini merupakan tempat penyelidikan ilmiah yang menarik dan menantang.
Banyak ilmuwan, arkeolog, sejarawan, atau peneliti yang tertarik untuk mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi di Gunung Padang.
Salah satu penelitian yang paling kontroversial adalah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja, seorang geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dr. Danny mengklaim bahwa Gunung Padang bukanlah situs megalitikum biasa, melainkan sebuah piramida buatan manusia yang berusia lebih dari 20.000 tahun.
Dr. Danny berdasarkan pada hasil pengukuran geolistrik, radar tanah, dan karbon-14 yang menunjukkan adanya struktur batu buatan manusia di bawah permukaan tanah.
Dr. Danny juga berhipotesis bahwa Gunung Padang adalah bukti adanya peradaban kuno yang maju dan hilang akibat bencana alam.
Namun, penelitian Dr. Danny mendapat banyak kritik dan penolakan dari para ahli lainnya, seperti Dr. Ali Akbar, seorang arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas).
Dr. Ali Akbar mengatakan bahwa penelitian Dr. Danny tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dan tidak sesuai dengan metode arkeologi yang benar.
Dr. Ali Akbar mengatakan bahwa Gunung Padang adalah situs megalitikum yang dibuat oleh masyarakat Neolitikum atau Zaman Batu Muda sekitar 3.000-5.000 tahun lalu.
Dr. Ali Akbar juga mengatakan bahwa struktur batu di bawah permukaan tanah adalah hasil dari proses alamiah, seperti erosi atau gempa bumi.