Mitos Bulan Safar, Simak Penjelasan Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dan Ibnu Rajab Biar Tak Salah Tafsir

Jumat 09-08-2024,19:45 WIB
Reporter : Tianzi Agustin
Editor : Agus Faizar

BACA JUGA:4 Arti Mitos Perempuan Leher Bergaris, Ternyata Bukan Wanita Biasa

Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada bulan atau waktu tertentu yang dapat dianggap membawa kesialan atau keberuntungan secara inheren.

Segala sesuatu yang terjadi, baik itu hal yang positif maupun negatif, sepenuhnya berada di bawah kehendak Allah SWT.

Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi, seorang ulama besar yang hidup pada abad ke-13 Hijriah, memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hadis tersebut. 

Menurutnya, hadis ini ditujukan untuk menolak kepercayaan masyarakat Jahiliyah yang percaya bahwa suatu benda atau waktu tertentu dapat memberikan pengaruh baik atau buruk dengan sendirinya, tanpa campur tangan Allah SWT.

BACA JUGA:Sering Dikaitkan Pertanda Ada Orang Meninggal, Cek Mitos Hujan Panas

Kepercayaan semacam ini disebut sebagai "thiyarah," yang dalam Islam dianggap sebagai bentuk kesyirikan karena bertentangan dengan prinsip tauhid, yaitu keesaan Allah.

Sejalan dengan pandangan Syekh Abu Bakar, Ibnu Rajab, seorang ulama terkenal lainnya, juga menekankan bahwa baik atau buruknya suatu zaman tidak ditentukan oleh kejadian-kejadian yang terjadi di dalamnya, tetapi oleh amal perbuatan manusia yang hidup pada zaman tersebut. 

Jika manusia banyak melakukan kemaksiatan dan kejahatan, maka zaman tersebut tidak akan diberkahi oleh Allah SWT.

Sebaliknya, jika manusia banyak melakukan ketaatan dan kebaikan, maka zaman tersebut akan diberkahi dan dipenuhi dengan kebaikan.

BACA JUGA:Mitos Bulan Apit Bagi Masyarakat Jawa, Dinilai Sial untuk Acara Pernikahan

Meskipun demikian, mitos tentang bulan Safar sebagai bulan sial masih banyak ditemukan di berbagai kalangan masyarakat, terutama di Indonesia. 

Di beberapa daerah, misalnya, masih ada kepercayaan bahwa menikah di bulan Safar akan mendatangkan kesialan bagi pasangan pengantin.

Oleh karena itu, banyak orang yang memilih untuk menunda pernikahan hingga bulan Safar berlalu, karena khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

BACA JUGA:Mitos Rambut Tumbuh Sehelai, Benarkah Pertanda Buruk Bagi Kesehatan?

Padahal, dalam Islam, tidak ada larangan atau anjuran khusus terkait menikah di bulan Safar. Dalam Jurnal Keislaman (2021) yang ditulis oleh Risalatul Mahmudah dan Hawa' Hidayatul Hikmiyah, disebutkan bahwa hukum menikah di bulan Safar sama baiknya dengan menikah di bulan-bulan lainnya. 

Kategori :