Sumpah Pocong, Ini Efek Bagi Pelaku Sumpah Pocong Menurut Ahli Metafisika

Jumat 09-08-2024,21:48 WIB
Reporter : Novan Alqadri
Editor : ahmad afandi

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Sumpah pocong, ini efek bagi pelaku sumpah-pocong menurut ahli metafisika.

Sumpah pocong adalah sumpah yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan terbalut kain kafan seperti layaknya orang yang telah meninggal (pocong). Sumpah ini tak jarang dipraktikkan dengan tata cara yang berbeda, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tetapi hanya dikerudungi kain kafan dengan posisi duduk. 

BACA JUGA:Sederet Fakta Sumpah Pocong dan Sejarahnya, Kini Heboh Dilakukan Oleh Saka Tatal

Efek Bagi Pelaku Sumpah Pocong Menurut Ahli Metafisika

Sumpah pocong merupakan sebuah ritual ataupun tradisi yang masih sering ditemukan di berbagai daerah Indonesia. 

Tujuan sumpah pocong adalah untuk memutus perkara sekaligus membuktikan bahwa seseorang tidak bersalah atas tuduhan yang dialamatkan kepadanya. 

Lebih lanjut, orang yang menjalani ritual sumpah pocong akan dibalut dengan kain kafan layaknya orang yang sudah meninggal.

BACA JUGA:Sumpah Pocong Saka Tatal dan Iptu Rudiana, Begini Prosesinya

Orang tersebut diminta bersumpah dengan Al Quran dalam posisi terbaring atau duduk. Ritual ini pun biasanya disaksikan oleh banyak orang. 

Ritual sumpah pocong diyakini memiliki efek yang dahsyat, yaitu akan mendapatkan azab sesuai dengan apa yang diucapkan bila terbukti berbohong.

Ritual sumpah pocong diyakini memiliki efek yang dahsyat, yaitu akan mendapatkan azab sesuai dengan apa yang diucapkan bila terbukti berbohong.

"Ini kan sangat sakral sekali, sangat menegangkan. Sehingga ini kalau yang memang dia tidak mengakui atau dia tidak berbuat ya lancar-lancar aja," ujar Kirama Wijaya.

Sementara itu, jika orang tersebut merupakan pelaku. Kemungkinan besar orang tersebut akan mengakui perbuatannya saat sudah dipakaikan kain kafan.

BACA JUGA:Kasus Vina Cirebon Viral Setelah Tayangan Film, Berikut 3 Kasus Kriminal yang Terungkap Lewat Program Televisi

"Tapi kalau dia pelaku, biasanya baru sampai di prosesi ini udah ngaku. Karena gelombang otaknya turun," ungkap Kirama Wijaya.

Kategori :