Ini Alasan Penyebab Rupiah Kembali Ambruk atau Melemah 0,81%

Kamis 22-08-2024,17:03 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Agus Faizar

Sejarah mencatat bahwa ketidakpastian politik selalu berdampak negatif pada nilai tukar rupiah. Misalnya, ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pemilihan presiden dan wakil presiden pada 20 Mei 2024, rupiah stagnan di angka Rp 15.710 per dolar AS. 

Pada 17 Oktober 2023, ketika MK memutuskan soal batas usia calon wakil presiden yang membuka jalan bagi Gibran Rakabuming Raka untuk maju dalam pilpres 2024, rupiah hanya menguat tipis 0,003%. 

BACA JUGA:Daftar Instansi yang Dibuka KemenPANRB dan Butuh Lulusan SMA di Seleksi CPNS 2024

Sebaliknya, rupiah melemah 0,16% pada 15 Februari 2024 setelah pilpres 2024 digelar dan hasil quick count menunjukkan kemenangan Prabowo Subianto.

Situasi serupa terjadi pada saat ini, di mana ketidakpastian politik yang muncul dari perbedaan pandangan antara DPR dan MK berpotensi mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi Indonesia. 

Jika ketidakpastian ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan bahwa nilai tukar rupiah akan terus berada di bawah tekanan.

BACA JUGA:Demo Penolakan Revisi UU Pilkada di DPR RI, Bintang Emon dan Artis Komika Bawakan Lagu

Pandangan Ekonom: Rupiah Mengalami Overvalue?

Di sisi lain, beberapa ekonom melihat pelemahan rupiah ini sebagai koreksi dari penguatan yang terjadi sebelumnya. 

Ekonom Senior dari Bank Central Asia (BCA), Barra Kukuh Mamia, mengungkapkan bahwa rupiah sebenarnya sudah mengalami penguatan yang cukup cepat dalam beberapa bulan terakhir, yang membuatnya overvalue dibandingkan dengan mata uang emerging market lainnya. 

"Fair value kita jangka pendek sekitar 15.800-16.000, tetap jangka panjang lebih ke 16.000-16.5000," papar Barra

BACA JUGA:Setjen DPR RI 2024 Buka 302 Formasi CPNS 2024, Segini Gajinya!

Menurutnya, nilai tukar rupiah yang fair di jangka pendek berada di kisaran Rp 15.800 hingga Rp 16.000 per dolar AS, dan dalam jangka panjang bisa berada di angka Rp 16.000 hingga Rp 16.500 per dolar AS.

Hal ini juga didukung oleh Myrdal Gunarto, seorang ekonom dari Maybank Indonesia, yang menilai bahwa pelemahan rupiah saat ini sejalan dengan tren penguatan dolar AS secara global. 

BACA JUGA:Teriak Minta Tolong saat Dicegat Debt Collector, Pria Ini Malah Dirujak Netizen

Ia juga menambahkan bahwa pelemahan ini kemungkinan disebabkan oleh aksi profit taking oleh investor sebelum agenda ekonomi penting seperti Jackson Hole Symposium. Meski demikian, ia menganggap dampak dari kisruh politik di Indonesia masih relatif terbatas.

Kategori :