Gejala awal cacar monyet seringkali mirip dengan flu biasa, yang meliputi demam, nyeri otot, dan kelelahan. Setelah gejala flu muncul, biasanya akan diikuti oleh ruam khas yang mulai muncul di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Ruam ini umumnya dimulai sebagai bintik merah yang kemudian berkembang menjadi lesi yang berisi nanah. Informasi lengkap mengenai gejala dan penanganan cacar monyet dapat ditemukan di panduan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), yang memberikan panduan terperinci untuk membantu mengidentifikasi dan mengatasi penyakit ini.
3. Rasio Kematian Berdasarkan Usia
Risiko kematian dari cacar monyet dapat bervariasi tergantung pada usia dan kondisi kesehatan individu. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah cenderung menghadapi risiko komplikasi serius dan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa sehat.
Menurut data yang diperoleh dari PubMed, perbedaan tingkat kematian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kekuatan sistem kekebalan tubuh dan adanya kondisi medis lainnya yang mungkin memperburuk infeksi.
Penting untuk memperhatikan kelompok-kelompok berisiko ini dan memberikan perawatan yang tepat untuk mengurangi risiko komplikasi.
BACA JUGA:Asal Mula Monkeypox atau Cacar Monyet yang Ancam RI, Pertama Ditemukan di Tubuh Manusia Tahun 1970
4. Pencegahan yang efektif
Vaksinasi terhadap cacar dapat memberikan perlindungan efektif terhadap mpox, karena kedua penyakit disebabkan oleh virus yang serupa.
Vaksin cacar, yang awalnya digunakan untuk mengendalikan wabah cacar, juga terbukti efektif dalam mengurangi risiko infeksi mpox.
Dilansir dari National Institutes of Health (NIH), vaksin ini dapat membantu dalam pencegahan penyakit dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap virus cacar monyet.
Penerapan vaksinasi ini merupakan langkah penting dalam mengontrol penyebaran mpox dan melindungi individu dari infeksi.
5. Risiko penularan
Mpox menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka dari individu yang terinfeksi, serta dapat juga ditularkan melalui hewan yang terinfeksi, seperti primata atau hewan pengerat.
Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Infectious Diseases menunjukkan bahwa meskipun risiko penularan ada, tidak semua kontak dengan individu atau hewan yang terinfeksi akan menyebabkan infeksi.
Ini berarti bahwa penularan mpox membutuhkan kondisi tertentu, seperti tingkat kontak yang cukup dekat atau adanya paparan terhadap cairan tubuh yang terkontaminasi, untuk menyebabkan infeksi.