Namun, kami sudah melakukan perbaikan dan evaluasi," ungkap Diaz kepada wartawan pada Rabu, 11 September 2024.
Tak hanya itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo juga mengaku sudah menerima laporan terkait masalah makanan di PON Aceh.
Ia menegaskan bahwa hal ini akan menjadi catatan penting untuk dievaluasi. "Ini akan menjadi catatan dan evaluasi," kata Dito dalam jumpa pers yang berlangsung di Media Center PON di Banda Aceh pada Minggu, 8 September 2024.
BACA JUGA:Fenomena Supermoon 18 September 2024, Ini 8 Wilayah yang Berpotensi Alami Banjir Rob
Dugaan Korupsi di Balik Pengadaan Konsumsi
Di tengah berbagai keluhan, Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) mencium adanya dugaan korupsi dalam pengadaan makanan bagi atlet PON.
Alfian, Koordinator MaTA, menjelaskan bahwa dari dokumen yang diperoleh pihaknya, harga satu porsi nasi kotak untuk atlet ditetapkan sebesar Rp50.900 dengan total anggaran mencapai Rp30,8 miliar.
Selain itu, untuk makanan ringan, harganya mencapai Rp18.900 per porsi dengan total anggaran sebesar Rp11,4 miliar. Secara keseluruhan, anggaran untuk konsumsi atlet dan kontingen PON mencapai lebih dari Rp42 miliar.
Menurut Alfian, dana sebesar itu seharusnya sudah cukup untuk menyediakan makanan yang layak bagi para atlet.
Ia pun menilai ada potensi markup dalam proses perencanaan pengadaan konsumsi. "Di Aceh, dengan standar Rp30 ribu saja, makanan sudah sangat mewah. Tapi apa yang kita lihat di lapangan, banyak makanan yang basi, berulat, dan terlambat diantar," ujar Alfian.
Ia juga mengungkapkan bahwa perusahaan pemenang tender pengadaan konsumsi adalah PT Aktifitas Atmosfir, yang beralamat di Cilandak, Jakarta Selatan. "Ini menunjukkan ada yang janggal dalam proses tender. Meskipun pemenangnya dari Jakarta, ada keterlibatan aktor-aktor dari Aceh," ungkap Alfian.
BACA JUGA:Apa Hasil Verifikasi Syarat Dua Paslon Gubernur? Masyarakat Silakan Berkomentar
Respons dari Pihak Terkait
Diaz Furqan, sebagai Ketua Bidang Konsumsi PB PON Aceh, memberikan klarifikasi terkait pengadaan konsumsi ini.
Menurutnya, makanan yang disediakan seragam untuk semua kontingen dan dimasak di Aceh, bukan di Jakarta. Ia juga menegaskan bahwa harga makanan sudah sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Namun, masalah kualitas makanan di lapangan tetap menjadi sorotan. Diaz mengakui bahwa ada beberapa kasus makanan yang tidak layak konsumsi, tetapi ia menegaskan bahwa pihaknya selalu berusaha memindahkan makanan tersebut agar bisa diuji oleh tim K3L (Keamanan, Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan).