Gatot mengungkapkan bahwa “Di daerah tersebut pernah dilakukan ekspedisi tsunami bersama teman-teman BMKG maupun BNPB.”
Hal ini menunjukkan bahwa upaya mitigasi bencana sudah dilakukan melalui kerjasama antara berbagai lembaga terkait untuk memantau dan mengurangi risiko tsunami di daerah-daerah tersebut.
BPBD juga telah melakukan berbagai upaya mitigasi, seperti memberikan sosialisasi kepada warga mengenai tanggap darurat bencana.
“Kami juga membentuk destana di daerah-daerah pesisir Selatan Jawa Timur. Kami juga sosialisasi, karena sebenarnya yang paling krusial dari bencana adalah reaksi cepat dari warga agar segera menuju tempat evakuasi,” jelas Gatot.
Destana (Desa Tangguh Bencana) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Dalam konteks ini, sosialisasi kepada warga adalah langkah penting agar mereka memahami langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi gempa megathrust.
Gatot juga menjelaskan bahwa, “Di wilayah-wilayah itu sudah kami beri rambu-rambu menuju jalur evakuasi ketika ada gempa cukup kuat bisa berpotensi tsunami, warga bisa secepatnya langsung menuju tempat evakuasi.” Pemasangan rambu-rambu ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menemukan jalur evakuasi yang aman saat bencana terjadi.
BACA JUGA:Waspada! Ini Wilayah di Lampung yang Berpotensi Terdampak Megathrust
Selain itu, BPBD juga mengimbau agar masyarakat turut menjaga alat pendeteksi tsunami seperti sistem peringatan dini (Early Warning System/EWS) yang terpasang di pantai-pantai selatan Jawa Timur.
“Kami imbau warga menjaga alat-alat EWS yang terpasang di pantai-pantai wilayah tersebut, termasuk menjaga papan rambu evakuasi,” tandasnya.
Sebelumnya, Dr. Ir. Amien Widodo, MSi, seorang pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menjelaskan bahwa gempa megathrust dipicu oleh tumbukan antara lempeng dengan kedalaman antara 0-70 kilometer (km).
“Terjadinya gempa megathrust karena adanya hambatan antar bidang lempeng, sedangkan lempeng terus bergerak,” ujar Amien dalam keterangannya pada Senin, 19 Agustus 2024.
BACA JUGA:Heboh, Pria Baju Merah Ini Terciduk Nekat Rusak APK Calon Walikota, Begini Penjelasan Polisi
Penjelasan ini menunjukkan bahwa gempa megathrust terjadi akibat interaksi antara lempeng tektonik yang saling bertubrukan dan saling menekan satu sama lain.
Indonesia terletak di antara tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Samudra Hindia.