Selama 39 tahun terakhir hidupnya, Einstein juga menderita berbagai penyakit kronis yang memengaruhi kualitas hidupnya. Di antaranya adalah penyakit hati, tukak lambung, radang kandung empedu, penyakit kuning, dan nyeri usus.
Namun, pertanyaan utama yang muncul adalah apa sebenarnya penyebab kematian Albert Einstein? Menurut Dr. Suko Adiarto, SpJP(K), dalam diskusi media di Heartology Cardiovascular Hospital, Einstein meninggal akibat penyakit aorta, khususnya abdominal aortic aneurysm (AAA).
BACA JUGA:Siap-siap, Pendaftaran PPPK 2024 Bakal Dibuka Oktober, Ini Jadwal dan Tahapan Seleksi
Abdominal aortic aneurysm adalah pembesaran yang terjadi pada bagian bawah pembuluh darah utama tubuh, yaitu aorta. Aorta sendiri merupakan pembuluh darah terbesar dalam tubuh, dengan cabang-cabangnya yang memasok darah ke berbagai organ vital.
Dr. Suko menjelaskan, "AAA sulit ditemukan (didiagnosis) karena rongga perut itu besar, dan (aorta) bisa membesar tanpa menekan organ lain, sehingga tidak menimbulkan gejala."
Kondisi ini seringkali tidak terdeteksi hingga saat-saat terakhir, dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat meningkatkan risiko pecahnya aorta.
Semakin besar diameter AAA, semakin tinggi risiko terjadinya pecah aorta. "Jika diameternya mencapai delapan cm, hampir pasti dalam lima tahun akan pecah. Ketika aorta pecah, mengingat aorta adalah pembuluh darah terbesar, darah akan tumpah ke dalam perut, dan dalam hitungan detik bisa mengakibatkan kematian," ungkap Dr. Suko.
BACA JUGA:Siap-siap Sebentar Lagi Pendaftaran PPPK 2024 Dibuka, Ini Kriteria Pelamar
Dalam banyak kasus, AAA ditemukan secara kebetulan saat pasien menjalani pemeriksaan medis untuk keluhan lain. Oleh karena itu, penanganan yang komprehensif sangat penting untuk mengurangi risiko pecah.
Menelusuri lebih jauh ke belakang, kita dapat melihat perjalanan hidup Albert Einstein yang penuh warna. Sejak kecil, ia menunjukkan minat yang besar terhadap matematika dan fisika.
Di usia 12 tahun, Einstein sudah menguasai aljabar dan geometri Euclid dengan baik. Kejeniusan ini membawanya melanjutkan pendidikan di Politeknik Federal Swiss di Zurich, di mana ia belajar fisika dan matematika.
Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1900, ia bekerja di kantor paten di Bern, di mana ia tetap memanfaatkan waktu luangnya untuk berkarya dalam ilmu fisika.
Di tempat kerja, Einstein juga membentuk kelompok diskusi bernama The Olympia Academy dengan teman-temannya.
BACA JUGA:Siap-siap Sebentar Lagi Pendaftaran PPPK 2024 Dibuka, Ini Kriteria Pelamar
Kelompok ini sering melakukan pertemuan untuk membahas berbagai isu dalam sains dan filsafat. Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan sejumlah makalah ilmiah yang menjadi dasar bagi teori relativitas, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah.
Beralih ke pengaruh yang ditinggalkan Einstein, tidak dapat dipungkiri bahwa kontribusinya di bidang fisika sangat besar. Teori relativitasnya tidak hanya mengubah cara pandang kita terhadap ruang dan waktu, tetapi juga membawa dampak yang luas dalam teknologi modern.