"Selama ini kita sering salah membuat definisi bahagia. Bahagia itu ketika jadi dosen, jadi rektor, jadi menteri, sehingga orang itu tidak sempat bahagia dengan kesehariannya. Padahal bahagia tidak harus begitu," ujarnya dikutip dari laman nu.or.id.
Kata Gus Baha, seseorang memiliki jabatan tinggi di struktur pemerintahan belum tentu bahagia lantaran setiap hari bergelut dengan setumpuk tugas dari pagi hingga pagi lagi. Bahkan, ia tak bisa menikmati waktu bersama keluarga dan istirahat di rumah.
"Sementara jadi pejabat pagi-pagi harus ke kantor, disuruh ini dan itu. Jadi menteri disuruh-suruh presiden. Kadang tidak bisa istirahat dan ngopi," tutur dia.
Lebih lanjut, Gus Baha juga menjelaskan bahwa bahagia adalah milik semua makhluk Allah. Tidak penting latar belakang dan status sosialnya.
"Bahagia seperti ini jangan ditolak, biarkan saja. Jadi itu penting mengelola kebahagiaan. Bahagia itu harus dilatih," sebutnya.
Gus Baha juga menyampaikan jika bahagia versi kekasih Allah adalah bisa melakukan sujud dan selalu dekat dengan Allah. Meskipun kehidupannya sederhana, asal bisa beribadah dan bebas sujud kepada Allah, maka hal itu sudah sangat bahagia.
BACA JUGA:Kata Gus Baha Rutin Amalkan Surat Ini Kalau Ingin Masuk Surga Tujuh Turunan
Demikianlah pembahasan, konsep mengelola bahagia ala Gus Baha, tak perlu banyak harta dan jadi pejabat.
(Novan)