Jarang Orang Tahu, Kisah Anak RA Kartini yang Menolak Privilege dan Pilih Hidup Berjuang Sendiri

Minggu 27-10-2024,13:10 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Septi Widiyarti

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Jarang orang tahu, kisah anak RA Kartini yang menolak privilege dan pilih hidup berjuang sendiri.

Tidak banyak masyarakat Indonesia mengetahui kisah inspiratif datang dari kehidupan Soesalit, putra tunggal dari Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita Indonesia.

BACA JUGA:Cek Harga Motor Bebek Trail Honda CT125, Performa Handal dan Teknologi Modern

Kisahnya menjadi bukti bahwa tidak semua anak pejabat atau tokoh ternama memanfaatkan nama besar orang tua mereka demi meraih kesuksesan pribadi.

Soesalit, anak satu-satunya Kartini, justru memilih jalan hidup yang jauh dari kemewahan dan status istimewa yang melekat pada keluarganya.

BACA JUGA:Hati-hati! Penampakan Harimau Sumatera Berukuran Besar di Jalan Area Persawahan Bikin Heboh Warga

Dikenal sebagai anak RA Kartini dan Raden Mas Adipati Ario Djojadiningrat, seorang Bupati Rembang, Soesalit memiliki privilese yang memungkinkan dirinya hidup dengan segala kemudahan dan kenyamanan.

Namun, alih-alih memilih hidup nyaman dalam bayang-bayang kekayaan dan pengaruh orang tuanya, Soesalit memutuskan untuk berjuang sendiri.

Dalam buku Kartini yang diterbitkan pada 2024 oleh Wardiman Djojonegoro, terungkap bahwa sebenarnya Soesalit memiliki kesempatan untuk menggantikan ayahnya sebagai Bupati Rembang.

BACA JUGA:Geger! Mie Ayam Isi Kepala Tikus Viral di Medsos, Pemilik Warung Ucap Sumpah di Kantor MUI

Kesempatan ini adalah suatu kehormatan besar dan sangat jarang ditolak oleh anak-anak pejabat di masa itu, terutama di tengah kondisi negara yang baru merdeka dan membutuhkan sosok pemimpin berpengalaman.

Namun, Soesalit memilih jalur berbeda. Meski banyak kerabat yang mendukungnya untuk melanjutkan peran sebagai Bupati, ia menolak tawaran tersebut dan memilih bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1943.

PETA merupakan satuan militer yang dibentuk Jepang untuk melatih warga pribumi berperang, namun banyak dari mereka, termasuk Soesalit, kemudian beralih mendukung kemerdekaan Indonesia dan ikut melawan penjajahan Belanda.

BACA JUGA:Hati-hati! Penampakan Harimau Sumatera Berukuran Besar di Jalan Area Persawahan Bikin Heboh Warga

Keputusan Soesalit untuk bergabung dengan PETA bukanlah tanpa risiko. Berjuang di medan perang tidak hanya menuntut keberanian, tetapi juga pengorbanan yang besar, termasuk meninggalkan kehidupan yang nyaman.

Kategori :