BACA JUGA:Malapetaka Mengancam Kita, FAO Warning Risiko Kekeringan Ekstrem Akibat El Nino
Menurut Luhut, berdasarkan keterangan dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Meteorologi Dunia, fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah, telah berakhir.
Sebagai gantinya, El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi, sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.
Suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016. Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini.
BACA JUGA:Lagu ‘Bukti’ Virgoun untuk Sang Istri, Namun Sekarang Rasa Itu Telah Berubah
“Dari pemodelan cuaca yang kami dapat, El Nino diprediksi akan terjadi Agustus 2023, meski ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi,” ungkap Luhut.
Luhut juga mengatakan, El Nino berdampak luas terhadap inflasi Indonesia karena besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan.
BACA JUGA:Segera Cairkan Insentif Rp 700.000, Hasil Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 51 Resmi Diumumkan
Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrem di tahun tersebut.