Dalam temuannya, disebutkan bahwa orang-orang Pontianak mengklaim kotanya didirikan dengan menggusur kuntilanak, yang mendiami pertemuan sungai Kapuas dan Landak sebelum Kota Pontianak dibangun.
BACA JUGA:Kemarau, Begini Cara Menyadap Karet yang Dianjurkan
Dulunya, daerah itu masih rawa-rawa dan hutan lebat. Kemudian ada yang mengklaim bahwa nama 'Pontianak' berasal dari bahasa Melayu po(ho)n ti(nggi), yang berarti 'pohon tinggi'.
Karena itu, di kemudian hari muncul narasi kuntilanak yang sering dihubungkan dengan pohon tinggi di pedesaan Kalimantan Barat.
“Artikel ini membahas hantu Kuntilanak/Pontianak, sejenis vampir yang tidak hanya menghantui ingatan kolektif orang-orang di ranah Melayu, tetapi juga berperan penting bagi kota Pontianak (ibu kota provinsi Kalimantan Barat di Indonesia) sebagai roh pengusir yang menghantui, menakutkan, dan tidak ada," ungkap Timo dalam jurnalnya.
BACA JUGA:Ada Ancaman El Nino, Berikut Cara Pemupukan Sawit saat Kemarau
Penelitian Tuyul oleh Antropolog Amerika Serikat
Peneliti Amerika melakukan kajian antropologi klasik mengenai agama di Jawa dengan menghasilkan buku berjudul "Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa."
Latar belakang terciptanya buku Clifford Geertz ini bermula ketika di awal tahun 1950-an, enam orang calon PhD dari Harvard University dikirim ke Indonesia untuk meneliti berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Ia berpendapat bahwa sebagian masyarakat Jawa memiliki kepercayaan terhadap makhluk halus. Namun dalam bukunya, Geertz juga menekankan bahwa ia tidak membahas apakah tuyul itu nyata atau rekaan.
Ia lebih tertarik memahami fungsi keyakinan tersebut bagi masyarakat Mojokuto (sebuah tempat zaman dulu di wilayah Jawa Timur), yang ia teliti.
Dalam beberapa kepercayaan yang ia dengar, Geertz kemudian menyebutkan ada tiga jenis makhluk halus yang utama yakni memedi (secara harfiah berarti tukang menakut-nakuti), lelembut (makhluk halus) dan tuyul.
Untuk tuyul, ia mendefinisikan sebagai makhluk halus anak-anak (anak-anak yang bukan manusia). Mereka tidak mengganggu, menakuti orang atau membuatnya sakit.
“Sebaliknya, mereka sangat disenangi manusia, karena membantu manusia menjadi kaya," kata Geertz.
Geerz juga melakukan wawancara dengan beberapa narasumber di Mojokuto. Salah satu narasumber mengatakan bahwa orang yang ingin berhubungan dengan tuyul harus berpuasa serta bersemadi.
Saat itu, banyak orang Mojokuto beranggapan bahwa seseorang perlu membuat semacam perjanjian dengan setan, supaya tuyul mau menerima tawarannya.