Nelayan Bengkulu Berhenti Melaut, Banting Setir Cari Mutiara Hitam

Rabu 11-12-2024,19:31 WIB
Reporter : Dian Maya Erika
Editor : Agus Faizar

BENGKULU,RBTVCAMKOHA.COM - Nelayan Bengkulu berhenti melaut, banting setir cari mutiara hitam. Fenomena ini terjadi akibat cuaca ekstrem yang sudah melanda Provinsi Bengkulu sejak beberapa minggu terakhir.

Tidak ingin mengambil risiko akibat ombak tinggi dan angin kencang, para nelayan yang ada di pesisir pantai Kota Bengkulu berbondong-bondong banting setir menjadi pengepul limbah batubara.

BACA JUGA:Ombak Tinggi, Kapal Wisata Tujuan Pulau Tikus Setop Berlayar

Hal ini dilakukan untuk menyambung hidup sehari-hari. Untuk mencari limbah batubara tersebut, para nelayan cukup bermodalkan waring saja. 

Amir Kena salah seorang nelayan dari Kelurahan Kampung Kelawi Kota Bengkulu menyampaikan, menjadi pengepul limbah batu bara  adalah alternatif untuk memenuhi kebutahan terutama untuk urusan dapur.

Ombak tinggi disertai angin ini membuat batubara yang terjatuh saat diangkut oleh kapal-kapal besar naik kepermukaan, sehinga menjadi ladang berkah untuk masyarakat. 

BACA JUGA:Catat dan Ingat, Ini 9 Dosa-dosa yang Bisa Membuat Rezeki Seret dan Tidak Lancar

Aktivitas mengumpulkan limbah batubara ini disampaikan Amir dilakukan para nelayan sejak pagi hingga malam hari.

“Kalau cuaca kayak gini, apalagi ombak tinggi,  memang alternatif yang menjadi mata pencaharian kami mengumpulkan limbah batubara ini. Inikan dari kapal-kapal besar itu yang jatuh ke dasar laut, nah kalau gelombang tinggi disertai angin, jadi limbahnya akan ke bawa arus angin itulah yang dikumpulkan,” katanya.

 

BACA JUGA:Cuaca Ekstrem Melanda Kota Bengkulu, Omset Penjualan Pedagang Kawasan Pantai Jakat Turun Drastis

Hal senada juga disampaikan oleh Enjelika dan Susanti yang sehari-hari bekerja sebagai pendorong kapal. Keduanya mengaku telah melakoni kegiatan ini sejak sebulan terkahir yang sebelumnya limbah batubara ini dititik Pantai Kualo dan saat ini beralih ke Pantai Jakat  karena menyesuaikan dengan kondisi angin. 

“Udah 1 bulan sebelumnya kan di Kualo situ, karna anginnya ke arah sini jadi pindah ke sini ngikut arus angin. Titiknya sampai sini saja, enggak sampai ke pantai berkas situ,” ujarnya Susanti.

BACA JUGA:Seorang Wanita Disiram Air Keras Saat Lagi Naik Motor, Terduga Pelaku Seorang Pria 

Dalam per hari, masing-masing dari masyarakat bisa mendapatkan mulai dari 5 sampai 30 karung. Untuk per karung ukuran 50 kg dengan berat limbah batu bara kisaran 80 kg dibanderol harga Rp10 ribu oleh pengepul atau toke, namun saat ini harganya menurun hanya Rp8 ribu perkarung. 

Kategori :