NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Tahun 2025 mendatang, harga TBS kelapa sawit diprediksikan akan naik. Apa yang menyebabkan prediksi tersebut?
Seperti diketahui harga TBS kelapa sawit berbeda di setiap provinsi. Seperti di Provinsi Bengkulu, untuk harga tingkat petani yang menjual kepada tauke berkisar Rp 2.600 per kilogram. Sedangkan untuk di tingkat pabrik harganya bisa mencapai Rp 3.000 per kilogram.
Lalu bagaimana untuk harga tahun depan? Banyak yang memperkirakan harga TBS kelapa sawit tahun depan akan naik. Lebih baik dibanding tahun ini.
BACA JUGA:Prediksi Harga TBS Kelapa Sawit Tahun 2025, Naik atau Turun? Berikut Perkiraannya
Prediksi ini bukan tanpa dasar, dari kajian para pengamat ada beberapa hal yang menyebabkan harga TBS kelapa sawit akan lebih baik tahun 2025.
Alasan pertama, produksi buah kepala sawit mengalami penurunan. Tidak hanya di Indonesia, kondisi serupa juga terjadi di Malaysia.
Alasan kedua, diperkirakan permintaan pasar tahun depan akan meningkat. Tidak hanya pasar Indonesia, namun juga pasar global.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Pinjaman Online Tenor 12 Bulan, Suku Bunga Ringan
Sementara permintaan dunia meningkat, pada sisi lainnya produksi kelapa sawit mengalami penurunan.
Karena permintaan yang meningkat, sedangkan produksi di tingkat petani mengalami penurunan, kondisi ini lah yang menyebabkan harga TBS kelapa sawit tahun depan diperkirakan akan lebih baik dibandingkan sekarang.
Selain permintaan global yang terus naik, kebutuhan lokal dalam skala nasional juga akan meningkat tahun depan.
Peningkatan ini disebabkan adanya rencana pemerintah untuk menerapkan program B40 tahun depan. Program B40 ini tentu saja membutuhkan minyak kelapa sawit yang artinya pasar nasional membutuhkan minyak kelapa sawit lebih banyak dibandingkan tahun ini.
BACA JUGA:Simak! Rincian Dana Desa di Kabupaten Barru Tahun 2025, Berapa Pembagian di Desamu?
Untuk diketahui program B40 merupakan program BBM yang mencampurkan bahan bakar nabati dengan minyak bumi. Untuk program B40 ini, 40 persen akan menggunakan bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari minyak kelapa sawit. Sedangkan 60 persen lagi menggunakan BBM jenis solar.
Ada beberapa alasan pemerintah untuk mendorong diterapkannya program B40 ini. Alasan pertama untuk mengurangi pemakaian cadangan minyak bumi. Seperti diketahui, cadangan minyak bumi didapati dari proses alam yang memakan waktu ribuan hingga jutaan tahun.