5. Kolaborasi dalam Mengatasi Tantangan Global
Indonesia berpeluang memperkuat kerja sama dengan anggota BRICS lainnya dalam menghadapi berbagai tantangan global, seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat. Kolaborasi ini memungkinkan terciptanya solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Apakah PPPK Dapat Dana Pensiun? Ini Penjelasannya, Lengkap dengan Hak Tunjangan
Risiko dan Potensi Kerugian dari Keanggotaan BRICS
Meskipun menawarkan banyak manfaat, bergabung dengan BRICS juga membawa beberapa risiko yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah beberapa potensi kerugian yang mungkin timbul:
1. Ketergantungan pada Ekonomi Anggota BRICS
Sebagai anggota, Indonesia berisiko menjadi terlalu bergantung pada ekonomi negara-negara anggota lainnya, terutama China dan India.
Ketergantungan ini bisa menjadi masalah jika terjadi perubahan kebijakan atau ketegangan ekonomi di antara negara-negara besar tersebut.
2. Asumsi Keberpihakan terhadap China dan Rusia
Bergabung dengan BRICS dapat memicu anggapan bahwa Indonesia lebih condong berpihak kepada China dan Rusia, yang merupakan dua negara penggagas utama kelompok ini. Hal ini dapat memengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat.
BACA JUGA:Panduan dan Cara Daftar Program Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia 2025, Simak di Sini!
3. Efektivitas Kolaborasi yang Terbatas
Perbedaan kepentingan ekonomi di antara anggota BRICS, seperti China dan India, dapat mengurangi efektivitas kerja sama di dalam kelompok.
Selain itu, tantangan ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara seperti Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan dapat memengaruhi stabilitas blok ini.
4. Tantangan dalam Penyesuaian Kebijakan Domestik
Untuk memenuhi komitmen sebagai anggota BRICS, Indonesia mungkin perlu melakukan penyesuaian kebijakan domestik yang tidak selalu selaras dengan kebutuhan lokal. Hal ini dapat memicu resistensi di dalam negeri.