Bandara Internasional Paro awalnya dibangun pada akhir 1960-an sebagai landasan udara untuk operasi helikopter milik Angkatan Bersenjata India atas permintaan Pemerintah Kerajaan Bhutan. Pendirian maskapai penerbangan nasional Bhutan, Druk Air, pada tahun 1981 menjadi tonggak penting dalam sejarah bandara ini.
Dua tahun kemudian, bandara mulai melayani penerbangan komersial dengan terminal penumpang yang sederhana.
Seiring waktu, landasan pacu dan fasilitas bandara terus ditingkatkan. Meski begitu, tantangan geografis yang dihadapi tetap tidak berubah, menjadikan Bandara Paro salah satu lokasi paling unik dalam dunia penerbangan.
BACA JUGA:Berapa Gaji Pegawai Bandara di Indonesia yang Terbaru? Ini Rinciannya Lengkap Semua Jabatan
Operasi Maskapai dan Jumlah Pilot
Hingga kini, hanya dua maskapai penerbangan yang diizinkan beroperasi di Bandara Paro, yaitu Druk Air dan Bhutan Airlines.
Keduanya melayani penerbangan domestik dan internasional. Dengan jumlah populasi Bhutan yang hanya sekitar 800.000 orang, kebutuhan transportasi udara yang terbatas memungkinkan operasional bandara berjalan efisien.
Namun, jumlah pilot bersertifikat untuk menerbangkan pesawat ke atau dari Bandara Paro masih sangat terbatas.
Dengan hanya 50 pilot berlisensi, pelatihan terus dilakukan untuk meningkatkan jumlah tenaga profesional yang mampu mengatasi tantangan unik bandara ini. Pelatihan ini mencakup pengetahuan tentang rute penerbangan, waktu terbaik untuk terbang, dan teknik pendaratan manual yang diperlukan.
BACA JUGA:Menggiurkan, Ini Rincian Gaji Pegawai Bandara Angkasa Pura, Ada yang Rp 55 Juta
Faktor-Faktor Keamanan Penerbangan
Selain keterampilan pilot, faktor cuaca memainkan peran penting dalam keamanan penerbangan di Paro. Angin kencang sering terjadi pada siang hari, sehingga penerbangan biasanya dijadwalkan pada pagi hari untuk meminimalkan risiko.
Musim hujan, yang berlangsung dari Juni hingga Agustus, membawa tantangan tambahan berupa badai petir dan hujan es. Penumpang yang bepergian pada musim ini disarankan untuk mempersiapkan akomodasi khusus jika terjadi penundaan atau pembatalan penerbangan.
BACA JUGA:Ini Tempat Penitipan Mobil di Bandara Soekarno Hatta, Biaya Murah dan Syarat Mudah
Tantangan lain adalah minimnya fasilitas modern di bandara ini. Tidak ada radar canggih atau sistem navigasi elektronik yang dapat membantu pilot saat mendarat. Semua manuver dilakukan secara manual, menuntut ketelitian dan pengalaman yang tinggi.
Bandara Internasional Paro adalah salah satu contoh bagaimana keahlian manusia dapat mengatasi tantangan alam. Dengan lokasi yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi dan landasan pacu yang pendek, bandara ini menawarkan pengalaman penerbangan yang unik sekaligus menantang.