Dan ketika gagal, penting untuk tidak terpuruk, melainkan belajar dan melangkah lagi.
BACA JUGA:HUT ke-3, LPK Kaizu Hamagi Gakkou Lepas 30 Siswa ke Jepang
2. Skill Mencari Kesempatan, Tidak Hanya Menjalankannya
Fakta yang menyedihkan, kita diajari cara bekerja, tapi tidak pernah diajari cara mendapatkan pekerjaan.
Hal-hal krusial seperti membuat CV, menghadapi wawancara kerja, networking, hingga mencari peluang freelance, sering kali tidak masuk kurikulum.
Raymond menyebut bahwa mencari kesempatan adalah keterampilan berbeda dari menyelesaikan tugas atau pekerjaan itu sendiri.
Kemampuan menjemput peluang bukan hanya menunggu adalah life skill kedua yang sangat vital.
Apalagi di era digital, di mana banyak pekerjaan bisa ditemukan lewat platform daring, media sosial, dan jaringan profesional.
3. Literasi Keuangan: Mengelola Uang dan Aset
Masih banyak orang pintar secara akademik yang terjebak utang, pinjol, bahkan kecanduan judi online.
Ironisnya, hal dasar seperti budgeting, menabung, investasi, hingga manajemen risiko keuangan tidak pernah diajarkan di sekolah.
Life skill ketiga ini menekankan pentingnya melek finansial. Kamu perlu tahu bagaimana mengelola pengeluaran, menyisihkan dana darurat, berinvestasi secara cerdas, dan bahkan belajar tentang restrukturisasi utang.
Dengan pemahaman finsnasial yang baik, kamu tidak hanya mampu bertahan secara ekonomi, tapi juga membangun masa depan yang lebih aman dan stabil.
BACA JUGA:Keberangkatan 2 Capaska Bengkulu Utara ke Tingkat Nasional Ditunda, Alasannya Karena Hal Ini
4. Kemampuan Bersosialisasi dan Interaksi Sosial
Kehidupan sosial di sekolah sering terbatas pada kategori: si populer, si pemalu, atau si tak terlihat. Padahal, dunia kerja dan masyarakat menuntut kamu punya kemampuan bersosialisasi yang sehat dan efektif.