RbtvCamkoha – Sejak kenaikan harga BBM subsidi dan penerapan My Pertamina, hampir setiap hari SPBU di Kabupaten Seluma tak luput dari antrean panjang kendaraan.
Mirisnya, kondisi antrean panjang di SPBU Tais justru menjadi sorotan publik, setelah viralnya postingan pegawai puskesmas Puguk Kecamatan Seluma Utara di media sosial. Sebab, pada Kamis siang (15/9) sempat terjadi ketegangan antara salah seorang karyawan SPBU Tais, dengan sopir ambulans Puguk.
Saat dikonfirmasi, sopir ambulans Wedy Lufti mengaku sedang butuh waktu cepat mengisi bahan bakar bio solar, untuk mengantar seorang pasien yang kondisinya sudah kritis karena akan melahirkan dan dirujuk ke rumah sakit M. Yunus Kota Bengkulu, karena kondisi air ketubannya sudah pecah.
Wedy Lufti tak terima, jika tidak ingin ikut mengantre bersama kendaraan lainnya yang sedang mengantre bio solar, disarankan pihak karyawan SPBU Tais untuk mengisi BBM Dexlite. Namun, dari Puskesmas tidak ada anggaran yang bisa diklaim untuk mengisi BBM Dexlite, dan hanya mengandalkan dana yang ditanggung pasien sebesar Rp 300 ribu, sehingga hanya cukup untuk membeli BBM jenis Bio Solar.
Setelah 15 menit menunggu, sontak sang sopir ambulans pun memilih tancap gas, untuk menyelamatkan nyawa pasien yang kondisinya urgent, dan berinisiatif mengisi BBM solar eceran sebelum sampai ke SPBU Sukaraja untuk mengisi ulang.
“Pasien tadi mau melahirkan, cuma ketubannya telah pecah jadi pasien darurat masih merembes, saya tadi mau beli bio solar karena posisi ambulans tadi kan lampu sirine hidup, lampu depan hidup, jadi saya potong jalur ke depan, kata karyawan SPBU tadi tunggu dulu pak sabar pak, kami mau cepat ini ada pasien darurat di dalam, kita kan tidak ada anggaran untuk biaya rujukan disuruh isi dexlite, buktinya kami isi di SPBU Sukaraja tadi lancar bio solarnya, tadi sudah menunggu 15 menit, kalau mau solar ikuti antrean itu sama saja membunuh pasien. Sementara kami menarik dana pasein cuma Rp 300 ribu, karena dari Pemda atau Dinkes itu tidak ada anggaran atau ada yang bisa diklaim untuk merujuk,\" terang Wedi Lufty.
Sementara itu, Pengawas SPBU Tais Patra Ziro mengatakan insiden tersebut hanyalah miskomunikasi, lantaran status operator karyawan yang kebetulan melayani ambulans Puguk masih tergolong baru bekerja. Sehingga belum paham mekanisme pelayanan terhadap kendaraan urgent yang memang harus diprioritaskan.
Ditambahkan Patra, saat operator SPBU sedang berkoordinasi dengannya untuk memastikan boleh atau tidaknya mobil ambulans tersebut mengisi bio solar, sopir ambulans memilih tancap gas.
“Bukan kami tidak mau melayani bang, dia tadi mau mengisi bio solar, memang kalau darurat kami isi bang, mungkin operator kita ini tadi kan tidak mau sembarangan sekarang bang, karena sudah beberapa daerah termasuk Seluma sendiri ini kan, itu tidak boleh isi, ini tidak boleh isi, jadi sementara posisi operator waktu itu ke kantor hendak berkoordinasi sopir ambulan tadi langsung pergi bang, jadi tidak tahu kami ini,\" ujar Patra Ziro.
SAKSIKAN SELENGKAPNYA DI LAPORAN DAERAH RBTV
(Hari Adiyono)