Iklan dempo dalam berita

Tauladan Ini Patut Ditiru dari Ibu Fatmawati

Tauladan Ini Patut Ditiru dari Ibu Fatmawati

Fatmawati sedang membaca Al-Qur'an pada peringatan Maulid Nabi SAW di Istana Negara--

RbtvCamkoha - Bengkulu merupakan salah satu wilayah provinsi termuda di Indonesia yang terletak di Sumatera Bagian Barat (Sumbagsel). Sebelumnya, status Bengkulu adalah Daerah Karesidenan yang masuk wilayah Sumatera Selatan. Kemudian melalui perjuangan para tokoh masyarakat Bengkulu, statusnya berubah menjadi provinsi berdasarkan Undang- Undang No. 9 Tahun 1967, yang diresmikan pada tanggal 18 November 1968.

Meskipun masuk dalam kategori sebagai provinsi termuda dengan nomor urut 26, namun Bengkulu memiliki banyak catatan sejarah budaya yang tak kalah menarik dengan wilayah provinsi lainnya di Indonesia. 

Dalam peta sejarah pun membuktikan, bahwa Bengkulu telah melahirkan tokoh-tokoh sejarah patriotik yang mampu mengukir namanya di panggung sejarah nasional, bahkan internasional. Salah satunya adalah Ibu Fatmawati, yang sudah mengukir namanya dalam panggung sejarah bangsa Indonesia sebagai seorang first lady (ibu negara) Republik Indonesia, dan terlibat langsung dalam sejarah perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Fatmawati kecil menempa diri dengan “ngaji” belajar agama (membaca dan menulis Al-qur’an) pada sore hari baik kepada datuknya (kakeknya), maupun kepada seorang guru agama, di samping membantu mengurus pekerjaan orang tuanya.

Sudah menjadi tradisi pada masyarakat Bengkulu, bahwa apabila pihak kepala keluarga tidak sempat mengajari ngaji anaknya, maka anak tersebut diserahkan kepada seorang guru ngaji. Biasanya, penyerahannya disertai dengan seperangkat sirih, sepotong rotan, sebotol minyak tanah, dan secupak beras. Bahkan dalam cacatan sejarah yang pernah ditulis oleh Marsden, anak-anak di Sumatera (Bengkulu) sudah dibiasakan untuk duduk bersama dalam satu lingkaran dengan orang-orang tua, serta memperhatikan sungguh-sungguh diskusi – tukar pikiran dalam musyawarah adat (Marsden, 1811: 284).

Semangat untuk belajar agama secara ekstra terutama di Sekolah Standar Muhammadiyah masih terus dilakukan meskipun sudah mulai memasuki sekolah di HIS (Hollandsch Inlandsch School) pada tahun 1930 (Fatmawati, 1978:20-21). Jadwal belajar yang padat dengan pemandangan sehari-hari selalu dijadikannya sebagai bahan ajaran bagi kehidupannya. Bahkan diusia yang masih remaja, atau kalau boleh dibilang masih anak-anak, Fatmawati telah mengalami pencerahan yang cukup matang sehingga mampu melampaui batas-batas nilai kapasitas umumnya anak remaja.

Bibit jati diri dengan prinsip yang teguh dan kokoh, disertai semangat kemandirian yang kuat telah tersemai dalam masa remaja seorang Fatmawati. Pengaruh sosialiasi melalui ajaran dan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan lingkungan sosialnya, telah mampu membentuk karakter Fatmawati, menjadi seorang anak yang tidak sekedar patuh pada tradisinya, tetapi lebih cenderung untuk menyikapi segala bentuk potret kehidupan sosio-kulturalnya.

....bersambung*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: