Bengkulu Ditukar dengan Singapura
--
BACA JUGA:Waduh! Handphone Setara Motor Second Tercecer
Armada Prancis yang dipimpin Comte d’Estaing dengan mudah menguasai Pantai Barat Sumatera dan dapat menguasai Fort Marlborough sebagai pusat perdagangan Inggris di Pantai Barat Sumatera (Asnan, 2012)
Serangan Prancis menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi EIC (Prancis Ganyang Inggris di Bengkulu. Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ bpcbjambi/prancis-ganyang-inggris-di-bengkulu/. Tanggal 2 November 2022. Pukul 21.57 WIB).
BACA JUGA:BLT Balita Segera Cair, Cek Keluarga dan 6 Kategori Lain yang Menerima Rp 3 Juta
Pada 10 Mei 1760, Comte d’Estaing memimpin pasukanya menyerang Benteng Anna milik Inggris di Muko-Muko yang pada saat itu dijaga oleh satu garnisun berkekuatan empat puluh orang.
Serangan d’Estaing tersebut sebagai titik awal kekuasaan Prancis di Bengkulu yang berlangsung hingga 1763. Akhir kekuasaan Prancis di Bengkulu tidak dapat dilepaskan dari kondisi politik di Eropa.
BACA JUGA:Punya Anak 0-6 Tahun, Daftar BLT Balita Dapat Rp 3 Juta, Ini Caranya
Negara-negara yang terlibat dalam Perang Tujuh Tahun mengakhiri peperangan itu dengan menandatangani empat perjanjian, salah satunya Perjanjian Paris yang ditandatangani oleh tiga negara yaitu Inggris, Prancis, dan Spanyol pada 10 Februari 1763.
Lewat perjanjian ini, Prancis menyerahkan semua jajahannya di India kepada Inggris, termasuk daerah Keresidenan Bengkulu sebagai bagian dari pemerintahan EIC di Calcutta (Prancis Ganyang Inggris di Bengkulu).
BACA JUGA:Banyak Sampah Setelah Malam Tahun Baru, Pemulung Senang
Meskipun Perang Tujuh Tahun telah berakhir pada 1763, tetapi konflik Inggris dan Belanda dengan Prancis di Eropa tidak pernah berhenti secara permanen.
Pada Desember 1794 hingga Januari 1795, Kaisar Napoleon Bonaparte menyerang dan menguasai Kerajaan Belanda sehingga memaksa Raja Willem V menjalankan pemerintahannya di Inggris.
BACA JUGA:Wabup Dioperasi karena Kembang Api, Gubernur: Ini Pelajaran Buat Kita
Setelah beberapa tahun menguasai Belanda, pada 1806, Kaisar Napoleon Bonaparte mengangkat Lodewijk Bonaparte sebagai Raja Belanda.
Dampak perubahan politik di Erropa berimbas ke Hindia Belanda seiring dengan pengangkatan Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari tahun 1808-1811.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: