Bermani Coffee Menyebar di Indonesia
--
CURUP RBTV.COM – Penikmat kopi di Provinsi Bengkulu meyoritas mengenal Bermani Coffee atau Kopi Bermani yang berasal dari tanah Rejang Lebong.
Kopi ini terkenal karena sudah go Internasional. Pernah meraih medali emas dalam ajang kejuaraan kopi Internasional AVPA 2019 ini. Juga pernah ambil bagian dalam event pameran festival Pasar Senggol di Turki (PST) tahun 2022.
BACA JUGA:Kopi Bengkulu Terbaik, Ini Jumlah Produksinya
Saat ini pemasaran Bermani Coffee menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Permintaan tertinggi berasal dari Pulau Jawa, yang mencapai 2.000 pcs dalam 3 bulan terakhir.
“Permintaan tertinggi masih dari Pulau Jawa yakni Banten, Jakarta, dan Yogyakarta yang dalam 3 bulan terakhir. Saya sudah mengirim 2.000 pcs, yang 1 pcsnya isi 200 gram. Kalau harga masih Rp 40.000 per 200 gram,” kata Owner Bermani Coffee, Haris Gunawan, Sabtu (31/12).
Dijelaskan Haris, dengan hadirnya Bermani Coffee dalam berbagai ajang Internasional, maka tak hanya Bermani Coffee yang menjadi terkenal. Tapi kopi Bengkulu secara luas.
BACA JUGA:Minum Kopi Juara di Puncak Eksotis, Mau? Ini Alasan Mendaki Atap Bengkulu
"Semua kopi robusta Rejang Lebong ini berpotensi untuk tracking market Internasional ataupun di pasaran lokal. Tinggal sekarang perlu dilakukan pola manajemen shelter, manajemen market shelter pergudangan dan server pengolahan pasca panen. Artinya kalau filter itu dilakukan secara bersama dan secara pengelolaan, maka kualitas bisa dilakukan proses quality control dan mitigasi risiko,” jelas Haris.
Setiap event, Bermani Coffee selalu membawa tiga jenis produk. Yaitu kopi bubuk, roastbean dan greenbean. Semuanya merupakan hasil panen kopi petik merah. Untuk menembus pasar Internasional, produk kopi asli Rejang Lebong harus lebih sering tampil dalam event Internasional.
BACA JUGA:Juara Kopi
Untuk panen kopi petik merah yang dihasilkan oleh perkebunan kopi, yang memang khusus untuk produksi Bermani Coffee, mencapai sekitar 10 ton pertahun. Jumlah itu stabil setiap tahunnya. Hasil ini berbeda dengan jenis kopi dan luas lahan, yang jika dipanen dengan pola 1 kali panen.
"Tergantung dengan kondisi cuaca dan keadaan kopi. Namun yang penting konsistensi dan fokus dalam pengolahan kopi perlakuan pasca panen,” jelas Haris. (Handril Waldinata)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: