Karena Adzan, Derajat Seorang Budak Zaman Rasulullah Terangkat dan Dikenal hingga Sekarang
Kisah bilal seorang muadzin pertama--
Setelah bermimpi, Bilal terbangun dalam keadaan sedih. Bilal memutuskan untuk segera melakukan perjalanan menuju Kota Nabi.
Sampai di Madinah, Bilal langsung mendatangi pemakaman Nabi SAW. Di makam Nabi Bilal menangis disisinya dan mengusapkan wajahnya ke makam Nabi.
Suatu hari kedua cucu Rasulullah meminta Bilal untuk adzan. Bilal tidak sanggup menolak permintaan kedua cucu Rasulullah SAW. Bilal pun menaiki tempat adzan. Ketika Bilal beradzan, Maka kota Madinah pecah oleh tangisan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi SAW.
BACA JUGA:Tidak Perlu Perawatan Mahal-mahal, Cukup dengan Buah Pepaya Sudah Bisa Tampil Percaya Diri
Bahkan Bilal yang mengumandangkan adzan sendiri tak sanggup meneruskan adzannya lagi. Lidahnya kelu oleh air mata yang berderai. Hari itu, kota Madinah kembali mengenang masa Nabi Muhammad SAW.
Tidak pernah kota Madinah mengenal hari yang lebih banyak mengalirkan air mata setelah wafatnya Rasulullah SAW selain di hari ketika Bilal kembali ke Madinah.
Amalan Muadzin
“Muadzin (tukang adzan) itu akan diampuni segala dosa-dosanya sesuai dengan panjangnya suara adzan dan pahala seperti orang-orang yang sholat bersamanya” (HR.Al-Thabrani. Dianggap Shahih ole Al-Bani)
Maksud dari hadis tersebut, terdapat dua pahala bagi seorang muadzin yaitu : Pertama, dihapus dosa-dosanya. dosa yang terhapus sesuai dengan panjangnya suara jangkauan adzannya. Artinya semakin besar dan panjang jangkauannya maka semakin banyak pahala yang akan terhapus.
Kedua, Seorang muadzin mendapat pahala sebanyak orang yang sholat bersamanya diwaktu itu. Jika semakin banyak orang yang pergi sholat ke masjid karena mendengar seruan adzan darinya maka artinya ia mengajak orang lain dalam kebaikan dan ketaqwaan.
“Barangsiapa yang mengumandangkan adzan selama dua belas tahun. Maka muadzin tersebut wajib untuk masuk surge. Sekali adzan pada tiap hari ia memperoleh enam puluh kebaikan dan setiap iqamah memperoleh tiga puluh kebaikan.” (HR. Ibnu Majah dan Dianggap shahih oleh Al-bani)
Hadist ini menjelaskan keutamaan bagi para muadzin yang ikhlas. Hadist ini disampaikan agar seorang-seorang muslim berhasrat kuat untuk menjadi bagian dari mereka. Atau turut bersama mereka walau sesekali dalam memperoleh kebaikan yang dikabarkan Nabi SAW. Sehingga begitu mulia dan nikmatnya menjadi Rasulullah.
Tim liputan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: