Hujan Sekejap Mata, Pertengahan Desember Jabodetabek Kembali Kemarau
Hujan sesaat, Jabodetabek kembali kemarau--
NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Di Indonesia, kita menjalani dua musim utama yang membentuk karakteristik iklim negara ini, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan, yang umumnya membawa cuaca basah dan peningkatan curah hujan, memiliki hubungan erat dengan bulan-bulan yang diakhiri dengan akhiran "ber," seperti September, Oktober, November, dan Desember.
Setiap kali menyebut bulan-bulan ini, kita seakan dihadapkan pada ingatan akan kehadiran musim hujan yang menggembirakan, melimpahkan air dari langit, dan menciptakan suasana yang khas.
BACA JUGA:Dampak El Nino Masih Terasa, Sejumlah Daerah Diprediksi Mulai Hujan Januari Nanti
Fenomena ini membentuk sebuah siklus alam yang memengaruhi tidak hanya kondisi cuaca, tetapi juga aktivitas sehari-hari masyarakat, serta ekosistem alam secara keseluruhan.
Akan tetapi, pada saat ini, cuaca menghadirkan anomali yang luar biasa. Pengalaman cuaca panas yang berkelanjutan masih menjadi realitas yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat, terutama di wilayah Jabodetabek.
Suasana cuaca yang tidak lazim ini telah mengejutkan banyak orang dan menciptakan perasaan tidak biasa dalam menghadapi kondisi cuaca sehari-hari.
BACA JUGA:Lulusan SMA dan SMK Yuk Daftar, Industri Makanan dan Minuman Terkemuka Buka Lowongan Kerja Terbaru
Meskipun kita sudah terbiasa dengan prakiraan hujan pada bulan ini, kondisi saat ini menunjukkan bahwa persepsi tentang Desember telah bergeser; cuaca panas yang tidak biasa menjadi pemandangan yang tak terduga di wilayah tersebut.
Sebelumnya, data pemantauan yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga per tanggal 31 Agustus 2023 mencatat adanya periode yang dikenal sebagai "Hari Tanpa Hujan." Musim kemarau yang dipicu oleh fenomena El Nino menjadi pendorong utama di balik kondisi ini, menyebabkan sebagian besar wilayah di Pulau Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua bagian selatan mengalami rentetan hari tanpa hujan yang berlangsung antara 21 hingga 60 hari.
BACA JUGA:Simak Tabel Cicilan KUR BNI Pinjaman Bunga 6 Persen Per Tahun, Ada Kredit Tanpa Jaminan
Namun wilayah tertentu, seperti Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan, mengalami periode hari tanpa hujan yang jauh lebih ekstensif, melewati angka 60 hari.
Catatan terpanjang mencatat bahwa rentetan hari tanpa hujan terpanjang mencapai 126 hari, terjadi di Sumba Timur dan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini mencerminkan dampak yang luar biasa dari musim kemarau yang memicu tantangan serius dalam hal ketersediaan air serta stabilitas lingkungan di daerah-daerah tersebut. Fenomena ini memperkuat kesadaran akan perlunya strategi yang lebih tangguh dalam mengelola sumber daya air serta mempersiapkan dampak musim kemarau yang semakin panjang dan ekstrem.
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi suhu panas dan cuaca terik tengah terjadi di sejumlah wilayah yang berada di sekitar selatan garis khatulistiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: