Falsafah Demokratis Orang Chaniago Sumatera Barat, Bulek Kato Dek Mufakat

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Falsafah demokratis orang Chaniago Sumatera Barat, Bulek Kato Dek Mufakat.

Sumatera Barat salah satu provinsi yang memiliki kekayaan adat istiadat. Kekayaan ini tergambar dari tradisi, tata krama dan pola kehidupan masyarakatnya sehari-hari.

Sama seperti daerah lain, di Sumatera Barat ada beberapa suku atau marga. Menurut buku Tambo Minangkabau dan Adatnya karya Ahmad Dt Batuah dan Madjoindo A. Dt, di Sumatera Barat awalnya ada empat suku induk yakni Suku Koto, Piliang, Bodi dan Chaniago (Caniago).

Empat suku induk ini memiliki keunikan tersendiri dan beberapa tradisi yang membedakannya dengan suku lainnya. Seperti Suku Chaniago yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dalam kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA:Cara Sukses Jalur Langit, Kerjakan Amalan Berikut, Hidup Lebih Bahagia dan Bermakna

Suku Chaniago adalah salah satu suku asli dari Minangkabau yang dibawa oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang.

Suku Chaniago memiliki falsafah hidup demokratis, yaitu dengan menjunjung tinggi falsafah "bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat.

Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan" 

Artinya: "Bulat cairan sebab pembuluh, bulat kata sebab mufakat".

Dengan falsafah yang dipegang teguh ini, dalam masyarakat suku Chaniago seluruh keputusan yang akan diambil bagi sebuah keperluan mesti menempuh sebuah babak musyawarah bagi mufakat.

BACA JUGA:Pencairan BLT PIP Mei 2024, Kapan Dana Masuk ke Rekening? Segini Besaran Uang yang Diterima

Falsafah tersebut tercermin pula pada wujud arsitektur rumah hukum budaya bodi Chaniago yang ditandai dengan tidak adanya anjuang pada kedua bidang bangunan Rumah Gadang.

Hal tersebut menandakan bahwa tingkat kasta seseorang tidak membuat perbedaan perlakuan selang yang tinggi dengan yang rendah.

Hal yang membedakan tinggi rendahnya seseorang pada masyarakat suku Chaniago hanyalah dari tanggung jawab yang dipikul oleh orang tersebut.

Sumber: