7 Keistimewaan Aisyah Istri Rasulullah yang Tidak Dimiliki Wanita Manapun

Sabtu 10-06-2023,17:13 WIB
Reporter : Tim liputan

5. Ada ayat yang turun berkaitan denganku ketika umat ini hampir hancur

6. Aku pernah melihat Jibril dan tidak satu pun istri Rasulullah selain aku yang pernah melihatnya

7. Rasulullah SAW wafat di rumahku tanpa ada seorang pun menemani selain malaikat dan aku.

 

BACA JUGA:Jika Punya Nazar yang Sulit Dibayar, Abu Nawas Punya Solusinya

Wanita yang jujur, setia, tulus, pencemburu, dan terhormat: Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq. Ayahnya bernama Abdullah ibn Utsman ibn ‘Amir ibn ‘Amar ibn Ka ‘b ibn Sa’d ibn Murrah ibn Ka’b ibn Lu’ay al-Qurasyi at-Taimi. 

Ibunya bernama Ummu Ruman binti ‘Amir ibn ‘Uwaimir al-Kinaniyyah, sahabat wanita yang agung dan mukminah yang pernah disabdakan oleh Rasulullah: “Siapa yang ingin melihat bidadari maka hendaklah ia melihat Ummu Ruman.”

Wanita yang dibersihkan namanya dari atas tujuh langit adalah Aisyah binti Abu Bakar r.a. Ialah Ummul Mukminin, istri junjungan seluruh umat manusia, yang paling beliau cintai dan putri dari laki-laki yang beliau cintai. Aisyah adalah wanita yang telah membuktikan, sejak empat belas abad yang lalu, bahwa wanita bisa menjadi lebih unggul daripada laki-laki dan bisa menjadi politikus, bahkan prajurit perang.

Wanita ini telah berguru dan dididik dalam madrasah nubuwah, madrasah iman, dan madrasah perjuangan. Pada masa kanak-kanak, Aisyah dididik oleh guru kaum Muslimin dan manusia paling utama di antara mereka, yaitu sang ayah: Abu Bakar ash-Shiddiq. 

Selanjutnya, pada masa remaja, ia dibimbing oleh Nabi dan mahaguru umat manusia, orang yang paling mulia dan paling utama, yaitu sang suami: Rasulullah SAW.

Dengan demikian, Aisyah telah merangkum ilmu, keutamaan, dan pengajaran yang membuatnya mampu meninggalkan gema dalam sejarah yang gaungnya abadi sepanjang masa. 

Peninggalan-peninggalan Aisyah diajarkan di berbagai fakultas-fakultas agama sementara amal-amalanya yang paripurna menjadi ruang lingkup kajian bagi setiap pengajar sejarah Arab dan kaum Muslimin.

Rasulullah SAW menikahi Aisyah r.a. atas perintah Allah SWT, pasca meninggalnya mendiang Sayyidah Khadijah r.a. Ketika Aisyah masih anak-anak yang berusia enam tahun. 

BACA JUGA:Catatan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa

Pada saat yang sama, Rasulullah menikahi Saudah binti Zum’ahr.a., tetapi ia hanya memboyong Saudah dan tinggal bersamanya selama tiga tahun. Setelah itu, Nabi baru mmeboyong Aisyah ketika telah berusia sembilan tahun. Rasulullah memboyong Aisyah pada bulan Syawal tahun ke-2 H sesudah Perang Badar.

Tentang hari pernikahannya, Aisyah menggambarkan sebagai berikut, “Rasulullah mendatangi rumah kami lalu berkumpullah sejumlah laki-laki dan wanita Anshar. Selanjutnya, ibuku mendekatiku saat aku sedang memanjat di antara dua pelapah kurma. Ibu menurunkanku lalu merapikan rambutku dan mengusap wajahku dengan sedikit air. Setelah itu, ibu bergegas menuntunku pulang ke rumah dan ketika sampai di pintu, ibu menghentikanku hingga napasku terengah-engah.

Kategori :