Mengungkap Sejarah Suku Rejang, Warisan Budaya yang Penuh Makna

Minggu 28-09-2025,06:19 WIB
Reporter : Putri Nurhidayati
Editor : Septi Widiyarti

NASIONAL, RBTV.DISWAY.ID - Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak sekali suku bangsa. Dengan sejarahnya yang panjang dan beragam, suku-suku ini pun juga tersebar di setiap masing-masing daerah di Indonesia, salah satunya adalah Suku Rejang. 

Suku Rejang merupakan salah satu suku yang mendiami sebagian wilayah Provinsi Bengkulu saat ini. Ya, Suku Rejang merupakan suku tertua di Sumatera.

BACA JUGA:Keliling Desa dan OPD, Kejari Seluma Gencarkan Penerangan Hukum Cegah Korupsi

Suku Rejang yang merupakan penduduk asli Bengkulu dan juga sebagai penghuni tertua ini tersebar di beberapa kabupaten di Dengkulu, yakni Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, dan Kabupaten Lebong. 

Sehingga, artikel ini menarik untuk diketahui, karena akan mengungkap sejarah suku Rejang yang ada di Bengkulu.

BACA JUGA:Halo Kejati Bengkulu, Di DPMPTSP Provinsi, Jaksa Ingatkan Pentingnya Pemerintahan yang Bersih

Sejarah Suku Rejang 

Suku Rejang berasal dari Rhe Jang Hyang, yaitu seorang leluhur suku Rejang yang berasal dari Mongolia yang singgah dan menetap di wilayah Bengkulu pada tahun 2090 sebelum masehi (SM). 

Rhe Jang Hiang dan sekawanan kelompoknya kemudian mendirikan perkampungan di Kutai nuak yang berada di Napal Putih, Bengkulu Utara. 

Karena lokasi tempat tinggal masyarakat Suku Rejang yang beerada jauh di pedalaman dan dikelilingi oleh bukit barisan, sehingga membuat suku ini baru merasakan kesengsaraan dari penjajahan Belanda pada tahun 1860. Padahal, pada tahun 1825 wilayah Bengkulu sudah dikuasai oleh Belanda. 

Namun, meskipun berada di pedalaman, pada kenyatannya perdaban suku Rejang sudah jauh lebih maju. Hal ini terlihat dengan adanya pemerintahan dalam masyarakat Rejang, yang dipimpin oleh 5 orang Tuwi Kutei.

BACA JUGA:2 Tahun Cabuli Murid, Oknum Guru SD di Kepahiang Ditangkap Polisi

Tuwi Kutei yang merupakan kepala kutei atau masyarakat adat asli yang terdiri dari 10-15 keluarga atau rumah. 

Tak hanya pemerintahan, masyarakat Suku Rejang juga memiliki aksaranya sendiri sebagai media korespondensi, melalui aksara Kaganga. 

Selain memiliki aksara, Suku Rejang juga memiliki bahasa yakni Bahasa Rejang. Bahasa inilah yang digunakan sebagai bahasa keseharian mereka. Meskipun, antara beberapa kampung suku Rejang terdapat perbedaan dialek yang cukup mencolok. 

BACA JUGA:Nongkrong Bareng Istri, Warga Bentiring Dikejar Pakai Sajam dan Ditusuk

Selain bahasa Rejang, masyarakat Suku Rejang menetap di perkotaan juga menggunakan bahasa Melayu Bengkulu sebagai bahasa keseharian.

Berikut ini merupakan dialek yang dominan dalam Bahasa Rejang, yaitu: 

- Dialek Kapahiang

Digunakan masyarakat Rejang di wilayah Kabupaten Kapahiang. 

- Dialek Curup

Digunakan masyarakat Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, dan Bengkulu Utara. 

- Dialek Lebong

Digunakan masyarakat Rejang di Kabupaten Lebong dan Bengkulu Utara. 

BACA JUGA:Kisruh SPMB SMAN 5 Kota Bengkulu, Kejari Panggil Eks Kepala Sekolah

Untuk urusan kepercayaa, mayoritas masyarakat Suku Rejang memeluk agama Islam. Sebagaimana muslim di Indonesia, masyarakat suku Rejang juga menganut paham Sunni dan Mazhab Imam Syafii. Organisasi keagamaan yang banyak diikuti masyarakat juga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. 

Selain itu, ada pula sebagian kecil masyarakat Rejang yang menganut Tarekat Naqsyabandiyah, khususnya di Desa Suka Datang, Rejang Lebong.

Kategori :