Kisah Cinta dalam Diam Fatimah Az Zahra dan Ali bin Abu Thalib

Minggu 11-06-2023,00:03 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata Ali. Sedangkan Ali diam sesaat sambil merenung. Tak terasa mata Ali pun mulai keluar air mata, lalu dengan sangat tulus Ali berkata lagi, 

 

“Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu, kau masih suci. Aku rela menceraikanmu malam ini agar kau bisa menikah dengan pemuda yang kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga mencintaimu."

 

BACA JUGA:7 Keistimewaan Aisyah Istri Rasulullah yang Tidak Dimiliki Wanita Manapun

"Jadi aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Aku tak ingin cintaku padamu hanya bertepuk sebelah tangan, sungguh aku sangat mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka. Menikahlah dengannya, aku rela,” lanjut Ali.

 

Fatimah juga meneteskan airmata sambil tersenyum menatap suaminya itu. Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya. 

 

Ketika itu juga Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata, “Tapi Fatimah, sebelum aku menceraikanmu, bolehkah aku tahu siapa pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu? Aku berjanji tak akan meminta apapun lagi darimu, namun izinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.”

 

Air mata Fatimah mengalir semakin deras, Fatimah tak kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali dengan erat. Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu, “Wahai Ali, demi Allah aku sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu karena Allah."

 

Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya. Setelah emosinya bisa terkontrol, Fatimah pun berkata kepada Ali, “Wahai Ali, awalnya aku ingin tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu setelah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku memendam rasa cinta kepada seorang pemuda sebelum menikah denganmu. Aku hanya ingin menggodamu, sudah lama aku ingin bisa bercanda bersamamu. Tapi kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau tahu sebenarnya pemuda itu sudah menikah”.

 

Ali menjadi bingung, Ali pun berkata dengan selembut mungkin, walaupun ia kesal dengan ulah Fatimah kepadanya. ”Apa maksudmu wahai Fatimah? Kau bilang padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, tapi kau malah kau bilang sangat mencintaiku, dan kau juga bilang ingin tertawa melihat sikapku. Apakah kau ingin mempermainkan aku Fatimah?” tanya Ali.

Kategori :