Di tengah-tengah kebingungannya, Abu Nawas makin tersiksa karena ayam panggang lezat yang harusnya bisa memuaskan rasa laparnya sejak datang ke istana, justru menjadi petaka baginya.
Abu Nawas pun mulai memutar cerdasnya untuk mendapatkan jalan keluarnya.
Akibat hal itu, suasana di ruang makan menjadi tegang. Para pejabat saling memandang dan ada yang berbisik kecil.
Mereka yang hadir tidak mengerti dengan maksud Baginda Raja terhadap Abu Nawas, karena tidak diberi tahu sebelumnya. Mereka hanya bisa menebak-nebak di dalam hati sambil menunggu sikap Abu Nawas.
Ia lalu mendekatkan ayam panggang di mulutnya melihat hal itu Baginda Raja sudah bersiap-siap untuk membalaskan dendamnya. Akan tetapi tiba-tiba Abu Nawas menjilati paha ayam tersebut tanpa henti-henti bahkan Abu Nawas berdiri dari kursinya dan mengubah posisinya jadi menunggingkan pantat.
"Hei Abu Nawas, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Baginda Raja heran.
"Hamba sedang menjilati pantat ayam, Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas dengan entengnya.
"Lalu apa maksudmu menungging seperti itu?" tanya Baginda Raja lagi.