Pada masa kejayaannya, para sejarawan menduga bahwa ratusan Brahmana dan pengikutnya berkumpul dan tinggal di halaman luar candi ini untuk mempelajari Weda dan berlatih meditasi, melakukan berbagai ritual dan upacara Hindu.
Sedangkan Royal Center atau Keraton Mataram akan berlokasi di suatu tempat dekat Prambanan di Dataran Kewu.
Sekitar tahun 930 M, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Sri Maharaja Mpu Sindok, seorang pengikut Dinasti Isyana. Penyebab pergeseran pusat kekuasaan ini masih belum diketahui secara pasti.
Namun, kemungkinan besar disebabkan oleh letusan dahsyat Gunung Merapi, sekitar 20 kilometer sebelah utara candi Prambanan. Penyebab lain yang mungkin adalah perang dan perebutan kekuasaan.
Setelah pindah ibu kota, candi Prambanan mulai terbengkalai dan tidak diperbaiki, sehingga perlahan candi ini mulai runtuh dan mengalami kerusakan.
Candi ini konon sudah benar-benar runtuh akibat gempa bumi besar pada abad 16. Meski sudah tidak lagi menjadi pusat agama dan pemujaan Hindu, candi ini tetap diakui dan diketahui keberadaannya oleh masyarakat Jawa yang tinggal di sekitar desa.
Candi Durga dan patung-patung di bangunan utamanya telah menginspirasi cerita rakyat Jawa, yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah Kesultanan Mataram terpecah pada tahun 1755, reruntuhan candi dan Sungai Opak di dekatnya menjadi tanda batas antara Kesultanan Yogyakarta (Jogja) dan Kasunanan Surakarta (Solo).
BACA JUGA:Ilegal atau Resmi OJK, Ini Risiko Besar Telat Bayar Pinjaman Online, Jangan Coba-coba
Sejarah Penemuan Kembali dan Proses Perbaikan Ulang Candi Prambanan