Kisah Rawa Pening Semarang, Pembalasan Seorang Anak Setelah Diperlakukan Tidak Adil

Rabu 14-06-2023,09:19 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

BACA JUGA:Kisah Danau Kembar Sumatera Barat; Pertarungan Penebang Pohon dan Genangan Darah Naga

Ketika hari pesta tiba, ada seorang anak laki–laki penuh darah yang meminta bagian makanan ke warga namun diusir begitu saja. Ia pun meninggalkan desa. Anak laki–laki yang berdarah tersebut ternyata adalah jelmaan naga Baru Klinting yang telah berubah menjadi manusia.

 

Di perjalanan, Baru Klinting yang sudah berubah menjadi manusia bertemu janda tua bernama Nyi Latung. Ia pun meminta tolong kepada Nyi Latung untuk memberi warga pelajaran. Nyi Latung setuju untuk membantu.

 

Nyi Latung membekali Baru Klinting dengan sebatang lidi. Baru Klinting kembali ke pesta membawa sebatang lidi tersebut. Ia menancapkan lidi tersebut ke tanah dan membuat sayembara.

 

Warga pun beramai–ramai mencabut lidi namun satu pun tak ada yang berhasil. Sementara Baru Klinting dengan kesaktiannya, bisa mencabut lidi yang ditancapkan tersebut dengan mudah. Begitu lidi berhasil dicabut, suara gemuruh pun terdengar.

 

BACA JUGA:Tingkah Lucu Abu Nawas saat Menjadi Pegawai Pajak

Dari bekas tercabutnya lidi, air keluar menjadi semakin besar, memporak porandakan desa dan menjadi sebuah rawa. Rawa itulah yang dikenal sebagai Rawa Pening.

 

Secara ilmiah, Rawa Pening berasal dari peristiwa pergeseran lempeng bumi di era Pletosen. Jadi sebenarnya, cerita rakyat tersebut adalah sebuah legenda bukan awal mula munculnya sebuah rawa yang bernama Rawa Pening.

 

Sementara air yang mendiami Rawa Pening merupakan aliran air yang berasal dari tiga gunung yang mengelilingi rawa yaitu Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan juga Gunung Ungaran.

 

Kategori :