Ungku Saliah dikenal dengan gelar Syekh Kiramatullah, karena ia diyakini sebagai orang keramat yang memiliki kesaktian. Dikisahkan semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949) Ketika agresi militer Belanda memasuki Sungai Sariak, banyak rakyat yang berdatangan untuk berlindung di suraunya. Ungku Saliah memimpin zikir hasilnya mortir yang dijatuhkan pesawat di samping surau, tidak meledak, hanya tercebur ke kolam.
Rakyat semakin banyak yang datang. Tiba-tiba Ungku Saliah berkata: ”ampang lapeh” artinya penghambat lepas, serangan pasukan Belanda tak bisa dibendung lagi. Pasukan Belanda pun menyerbu lalu menangkap banyak laki-laki di surau, kemudian dibawa dan diikat, serta digiring dengan jalan kaki ke Sicincin yang berjarak 27 KM yang merupakan Markas Besar Belanda.
BACA JUGA:Ijab Kabul 3 Kali Salah Bagaimana Hukumnya? Benarkah Dianggap Gagal, Ini Penjelasannya
Ungku Saliah juga ditangkap, kabarnya walaupun dikurung dalam sel bila waktu salat tiba ia bisa keluar menembus jeruji besi. Setelah salat, masuk kembali tanpa membuka pintu sel besi. Suatu hari Ungku Saliah memperingatkan rakyat di Pasar Lubuak Aluang Pariaman untuk segera mengangkat padi yang terjemur, akan turun hujan lebat katanya, padahal saat itu panas terik.
Ternyata Lubuak Aluang dihujani bom dan mortir Belanda. Tugu perang di Lubuak Aluang masih berdiri hingga hari ini. Orang sakit pun banyak yang berobat kepada Ungku Saliah, obatnya apa saja yang ada di depan mata.
Pernah juga suatu ketika datang air bah lalu Ungku Saliah melemparkan batu kerikil ke arah bah, air bah pun berbelok, kampung pun selamat. Kesaktian lainnya, Ungku Saliah bisa meraga sukma, dia bisa di tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan.
BACA JUGA:Ini Dia Pemenang The 14th Astra Honda Safety Riding Instructors Competition (AHSRIC) 2023
Kesaktian Ungku Saliah yang melegenda adalah perjalanannya dari balai ke Balai Selingkaran Pariaman. Ada budaya pasar bergilir. Dikisahkan Ungku Saliah ke balai hendak membeli sesuatu tapi uangnya kurang, bila pedagang itu tidak memberikan maka sepanjang hari dagangannya tak akan laku, sebaliknya bila si pedagang memberikan apa yang hendak dibeli Angku Saliah walaupun uangnya kurang maka dalam sekejap laris manis dagangan warungnya.
Angku Saliah pun tidak mau menerima gratis jika dtawarkan. Angku Saliah lebih sering tidak mengambil kembalian jika uangnya berlebih, dia tidak terlalu acuh akan uang.
Ketika Angku Saliah berpulang pada 3 Agustus 1974, makamnya dibuat dalam suraunya, karena semasa hidup Angku Saliah pernah berwasiat jika ia meninggal agar dikuburkan di suraunya. Makamnya di Korong Lareh Nan panjang, Nagari Sungai Sariak, orang Pariaman menyebutnya Gubah Syeck Tuangku Saliah.
Demikian informasinya.(tim)