Istilah Pria Hidung Belang, Ternyata Bermula Skandal Menghebohkan di Kediaman Gubernur

Sabtu 17-06-2023,08:14 WIB
Reporter : Tim liputan

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Istilah hidung belang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merujuk kepada para lelaki yang memiliki perilaku suka mengganggu perempuan. 

Entah sudah berapa ratus juta kali, kata itu disebut orang-orang kita dari dahulu hingga sekarang. Yang pasti jarang orang bertanya: ada hubungan apa antara hidung, belang, dan hobi suka mengganggu perempuan.

Alwi Shahab menyebut istilah hidung belang berasal dari sebuah skandal di tahun 1629. Saat itu, Batavia tengah digegerkan oleh sebuah skandal yang melibatkan dua pasangan sejoli: Sara Specx dan Pieter J. Cortenhoeff.

Skandal memalukan sekaligus menghebohkan itu pernah terjadi di lingkungan kastil kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jan Pieterszoon (JP) Coen (1587-1629), di Batavia (Jakarta).

Skandal itu melibatkan Sara Specx. Sara merupakan putri Jacques Specx, anggota Dewan Hindia, yang tak lain sahabat JP Coen.

BACA JUGA:Kisah Seekor Lalat yang Membuat Manusia Masuk Surga dan Neraka

Mengetahui skandal itu, JP Coen marah besar. Meski Sara adalah putri sahabatnya, hukum harus ditegakkan.

“Coen ingin hukum ditegakkan. Ia tidak ingin menjilat ludahnya sendiri,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).

Alwi dalam bukunya Robin Hood Betawi menjelaskan, begitu lahir, Sara kecil dititipkan sang ayah kepada Jaan Pieterzoon Coen, yang tak lain adalah Gubernur Jenderal VOC di Batavia. Lelaki asal Hoorn, Belanda tersebut lantas menjadikan Sara sebagai anak angkat dan menyerahkan pengasuhannya kepada sang istri: Eva.

Memasuki usia 13 tahun, Sara tumbuh bak mawar yang baru mekar. Wajah cantiknya nan menawan, menyiratkan perpaduan antara Barat dan Timur. Tidak aneh jika saat itu Sara bukan hanya dikenal di kalangan para sinyo tapi juga menjadi buah bibir dan dambaan para calon perwira muda VOC. Salah satu calon perwira yang tergila-gila itu bernama Pieter J. Cortenhoeff.

Penulis Tjoa Piet Bak menyebut Pieter sebagai prajurit muda penjaga kastil (de vaandrig van de kasteelwacht) yang memiliki wajah tampan rupawan. Bisa jadi karena ketampanan itu, menjadikan Sara tertarik pula kepada Pieter. Singkatnya, cinta Pieter tak bertepuk sebelah tangan.

"Mereka lantas menjalin sebuah hubungan percintaan diam-diam," tulis Tjoa dalam Sara Specx, sebuah roman sejarah yang pertama kali diterbitkan di Bandung pada 1926 itu.

Kendati dijalani secara rahasia, tak ayal telik sandi Gubernur Coen mencium juga hubungan tersebut. Pada mulanya, dia memang tak percaya pada laporan para telik sendinya. Namun ketika suatu hari, dia memergoki sendiri Sara dan Pieter sedang 'berdua-duaan' di salah satu ruang kastil. Maka beranglah Si Tuan Jangkung (sebutan orang Betawi kepada Coen).

BACA JUGA:5,8 Juta Penerima Bansos Salah Sasaran, 6 Golongan Ini Dicoret

Coen wajar menjadi berang. Sebagai seorang Kristen aliran Calvinis yang fanatik, dia sangat membenci segala hal yang berbau kecabulan. Tidak cukup dalam wacana pribadi, kebencian itu lantas dia buat sebagai sebuah peraturan.

Kategori :